TEOLOGI (BIBLIKA) PERJANJIAN BARU
A. Defenisi
Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang
secara sistematis mempelajari perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah
sebagaimana yang dinyatakan di Alkitab.
Teologi PB difokuskan kepada tulisan-tulisan PB. Namun
sekalipun demikian tulisan PB tidak terlepas dari kaitan dengan tulisan-tulisan
lainnya di dalam PL. Sebab secara sepintas tulisan PB memperlihatkan adanya
kaitan yang erat antara PL dan PB. PB tidak mungkin dimengerti dengan benar
apabila mengabaikan PL. Banyaknya kutipan PL dalam PB menunjukkan betapa
besarnya arti dari kesinambungan yang menghubungkan zaman kekristenan dengan
zaman PL. tema janji dan penggenapannya menjalin hubungan diantara keduanya,
bahkan Kitab Suci yang dipakai oleh jemaat mula-mula adalah PL. ini meunjukkan
bahwa pengkotbah mula-mula menyampaikan penguraian mereka berdasarkan PL. Sekalipun
kutipan-kutipan PL itu penting namun
bukan merupakan kontribusi utama dari dari penelitian PL untuk teologi
PB, yang lebih penting ialah pengaruh PL yang mewarnai gagasan-gagasan, yang
diambil alih serta diberi makna yang baru olah penulis-penulis PB, dengan
memahami Pl maka kita akan semakin memahami makna yang ada dalam teologi PB.
Beberapa unsur penting yang berkaitan dengan defenisi Teologi Biblika :
1.
Sistematisasi
Teologi biblika menyelidiki periode sejarah dimana Allah
telah menyatakan Diri-Nya, atau penekanan doktrinal dari penulis-penulis
Alkitab yang berbeda dan kemudian ditulis secara sistematis.
Teologi sistematik mengasimilasikan kebenaran dari
seluruh Alkitab dan dari luar kitab suci, dalam proses mensistemasikan
doktrin-doktrin Alkitab.
Teologi biblika lebih terfokus pada pada periode sejarah
yang dinyatakan di PL atau tentang pengajaran tertentu dari penulis Alkitab.
2.
Sejarah
Teologi Biblika menaruh perhatian pada peristiwa penting dalam
sejarah yang menyatakan doktrin-doktrin Alkitab. Contohnya: Apa yang dipelajari
dari era PL tentang pewahyuan? Bagaimana situasi pada waktu penulisan Matius
dan Yohanes? Apa situasi dan kondisi pembaca dari surat Ibrani ?.
pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan hal yang penting menemukan penekanan
doktrinal.
3.
Progres dari Wahyu
Teologi Biblika menelusuri wahyu yang progresif dan
melihat bagaimana penyataan Allah mengenai diri-Nya dinyatakan dalam era
tertentu atau melalui penulis tertentu. Bukan seperti doktrin ortodoksi yang
dipegang oleh kaum evangelikal menyatakan bahwa kepercayaan mengenai wahyu yang
bersifat progresif adalah Allah tidak menyatakan semua kebenaran tentang
diri-Nya sekaligus, melainkan sebagian demi sebagian kepada orang yang berbeda
disepanjang sejarah (Ibr. 1:1).
Contoh: penyataan Allah tentang diri-Nya kepada Nuh dan
Abraham tidaklah seprogresif penyataan kepada Yesaya, begitupun dengan Yakobus
merefleksikan pandangan yang lebih primitif tentang gereja dibandingkan
buku-buku yang ditulis lainnya ataupun dalam surat-surat pastoral.
4.
Natur yang Alkitabiah
Berlawanan dengan teologi sistematik, yang mengambil
informasi tentang Allah dari berbagai sumber. Teologi Biblika mengambil
informasi hanya dari Alkitab dan informasi sejarah yang ada di Alkitab).
B. Hubungan dengan displin ilmu lain:
1. Studi
eksegetikal; Teologi biblika memiliki hubungan langsung dengan eksegesis
(menjelaskan/menafsirkan). Teologi merupakan hasil dari eksegesis. Eksegesis
berdasar pada teologi biblika. Eksegesis bertugas untuk menganalisa teks
alkitab menurut metode literal-gramatikal-historical.
·
Bagian yang dipelajari harus dipelajari
menurut arti yang umum dari suatu bahasa, bagaimana kata atau kalimat tersebut
pada umumnya dimengerti
·
Menurut aturan tata bahasa; eksegesis
menuntut penelitian dari kata benda, kata kerja, kata depan dll, untuk
mendapatkan pengertian yang tepat dari dari bagian tersebut.
·
Dipelajari sesuai dengan konteks
historisnya. Menganalisa teks dengan tepat untuk mendapatkan pengertian yang
benar dari apa yang ditulis.
2. Studi
latar belakang penulisan; latar belakang penulisan menentukan isu-isu
seprti penulis, tanggal penulisan, tujuan penulisan dan situasi kondisi.
Misalnya pandangan teologi Matius harus dimengerti dari sudut bahwa ia menulis
kepada orang Yahudi.
3. Studi teologi sistematik; ada persamaan
dan perbedaan antara teologi biblika dan sistematik. Keduanya berakar dari
analisa kitab suci, namun demikian teologi sistematik juga berusaha mendapatkan
kebenaran dari sumber2 diluar Alkitab.. perbedaan yang dapat dilihat dari kedua
teologi ini adalah:
- TB merupakan awal dari TS; eksegesis memimpin
kepada teologi biblika yang kemudian memimpin kepada teologi sistematik
- TB berusaha
untuk menentukan apa yg dimaksudkan oleh penulis Alkitab berkaitan dengan isu2
teologi, sedangkan teologi sistematik menjelaskan mengapa sesuatu itu benar
dengan menambahkan pandangan secara filosofi
- Teologi
Biblika memberikan pandangan penulis Alkitab, sedangkan teologi sistematik
memberikan diskusi doctrinal dari sudut pandang masa kini.
- TB menganalisa materi dari penulis tertentu
atau dari periode sejarah tertentu, sedangkan teologi sistematik meneliti semua
materi baik dari Alkitab maupun dari luar Alkitab yang berkaitan dengan doktrin
tertentu.
Kontras antara Teologi Biblika dan
Teologi Sistematika
|
|
Teologi
Biblika
|
Teologi
Sistematika
|
Membatasi studinya hanya pada kitab suci
|
Mencari kebenaran dari Kitab Suci dan sumber lain di
luar Alkitab
|
Mempelajari bagian-bagian dari Kitab suci
|
Mempelajari keseluruhan Kitab Suci
|
Menyusun suatu informasi tentang suatu doktrin dari
satu penulis tertentu atau era tertentu
|
Menyusun suatu informasi tentang suatu doktrin dengan
mengkorelasikan semua Kitab Suci
|
Berusaha untuk mengerti mengapa atau bagaimana suatu
doktrin berkembang
|
Berusaha untuk mengerti apa yang tertulis pada akhirnya
|
Berusaha untuk mengerti proses dan hasil dari produk
itu
|
Berusaha untuk mengerti hasil produk itu
|
Melihat progress dari wahyu dalam era yang berbeda
|
Melihat kulminasi dari wahyu Allah
|
C. Kepentingan
Teologi Biblika
1. Memperlihatkan
Perkembangan sejarah Doktrin; TB penting dalam pencegahan
mempelajari doktrin terlepas dari konteks
sejarahnya.
2. Memperlihatkan Penekanan dari penulis;
TB menyatakan pengajaran doctrinal dari penulis tertentu atau selama periode tertentu.
Dalam pengertian tersebut, teologi biblika mensistematiskan kitab suci
berdasarkan penulis atau periode tertentu.
3. Memperlihatkan unsur manusiawi dari inspirasi;
TB menekankan factor
manusiawi dalam penulisan Kitab suci (namun
tidak mengabaikan inspirasi). Ia menunjukkan latar belakang individu, interes
dan gaya dari penulis2. TB menekankan bahwa para
penulislah yang telah menyususn firman Tuhan, dan tentu saja, menyusun dan
menulisnya di bawah pengawasan ilahi.
D. Metodologi
Dalam mengikuti
Teologi PB, sebagian mengikuti garis umum dari teologis sistematik, namun
demikian metodologi itu tidak cukup untuk menyatakan penekanan dari
masing-masing penulis. Kelihatannya yang paling baik adalah menyusun teologi PB
dengan menganalisa penulisan masing-masing penulis PB yang merefleksikan apa
yang setiap penulis katakana tentang suatu subyek. Ada beberapa factor yang
harus dipertimbangkan dalam perkembangan suatu metodologi:
1. Pewahyuan
adalah progresif; berkulminasi dalam wahyu yang berkaitan dengan Kristus.
Teologi Penjanjian Baru harus berusaha menggambarkan kulminasi doktrin2
berkaitan dengan Kristus dan penebusan.
2. Penekanan
dari PB berpuncak pada kepercayaan kematian dan kebangkitan Kristus dan
pengharapan akan kedatangan yang kedua kali.. teologi PB harus berfokus pada
doktrin2 ini yang bersal dari berbagai penulis PB.
3. Teologi PB
harus mengakui bahwa pengajaran Yesus dan pengajaran dari penulis PB lainnya
adalah merupakan satu kesatuan dan harmonis.
4. Keragaman tulisan-tulisan
PB tidak menyebabkan kontradiksi, tetapi berasal dari asal mula ilahi PB
5. Teologi PB
harus mengaplikasikan metode analitik (tetapi tidak mengesampingkan metode
tematik) karena metode itu dengan baik merefleksikan keragaman dari PB.
E. Keunikan
Perjanjian Baru
1.
Kesaksian tentang sejarah Keselamatan
2.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI PERJANJIAN BARU
A. Sejarah
Teologi PB baru diminati sekitar dua
abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatic, formulasi
doktrin dari gereja. Dan sistematik, yang seringkali merupakan hasil spekulasi
filosofis. Dalam suatu ceramah di 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang
metodologi teologi dogmatic, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya.
Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti PB. Alkitab dipandang sebagai
buku hasil karya manusia, baik dalam prosses penulisannya dan apa yang
ditekankan oleh masing-masing penulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi
Kitab Suci dan memandang PB sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan
karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk
studi PB adalah sudut pandang kritikal. Oleh sebab itu maka banyak keragaman
opini. Sebagaian melihat adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan
yang lain dalam PB,l baik dari segi sejarah, latar belakang, suatu sintesa atau
kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para penulisnya. Akan tetapi kalangan
konservatif dalam mempelajari PB biasanya memakai pendekatan dengan cara
menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau memakai
pendekatan teologis dari para penulis PB.
Pelopor
mula-mula dalam studi teologi PB adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860) ia
adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu
tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan PB. Jadi baur menemukan
pertentangan antara penekanan yahudi dari tulisan Petrus dan penekanan
non-Yahudi dari Tulisan Paulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan pemikiran
itu, menyangkal ide apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan menyodorkan
teologi konflik dalam PB.
Wilhelm Wrede
(1859-1906) mempengaruhi teologi PB cukup besar dengan penekanan pada
pendekatan sejarah agama. Ia menyangkali bahwa PB merupakan satu dokumen teologi;
tetapi berpendapat bahwa PB harus dilihat sebagai suatu sejarahdari abad
pertama. Teologi seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang
tepat; agama merupakan istilah yang lebih baik untuk mengidentifikasikan
tulisan-tulisan PB karena mengekspresikan “kepercayaan, pengharapan, kecintaan”
para penulis daripada hanya merupakan “suatu catatan refleksi teologis yang
abstrak.”
Rudolf Bultman
(1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada PB dan berusaha
mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan bahwa PB
telah dicampuri oleh opini2 dan penafsiran kembali pada penulis. Tugas sekarang
adalah meliputi suatu “demitologisasi” dari PB, yaitu untuk melucuti pengaruh
penulis PB dan tiba pada kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus.
Bultman tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus
kepercayaaan.
Oscar Cullman
(1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai keselamatan
manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau “sejarah keselamatan.”
Culman banyak menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia
mengikuti eksegesis PB dengan penekanan pada Kristologi PB.
BAB III
TEOLOGI
SINOPTIK
Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, adalah penting untuk mengerti
sudut pandang dari para penulis. Kepada siapa Matius, Markus, Lukas menulis?
Apa tema-tema yang mereka tekankan? Apa penekanan khusus dari para penulis? Itu
merupakan pertanyaan yang penting dalam nature teologi biblika, yang menentukan
apa penekanan teologis dan keprihatinan yang dikembangkan oleh masing-masing
penulis. Nature dari teologi biblika itu terletak secara khusus pada keprihatinan
dari penulis manusia (tanpa mengabaikan atau mengesampingkan fakta inspirasi
ilahi).
Hal-hal pendahuluan seperti penulis, waktu penulisan,
pembaca dan tujuan dilibatkan dalam mendirikan penekanan dari masing-masing
penulis.
A. Problem Sinoptik
Diantara
keempat kitab Injil yang ditulis dalam PB, Injil Matius, Markus, dan Lukas
hampir memiliki pola yang sama, sehingga ketiga Injil ini hampir nampak sama.
Perbedaan yang terlihat hanyalah bahwa kitab Markus ditulis dengan ringkas,
padat dan jelas, sedangkan Matius menulis Injil Matius dengan agak panjang dan
mengelompokkan pokok-pokok yang sama, sementara Lukas menulis dengan agak
panjang dan sangat berurutan. Adanya satu pola dalam ketiga Injil tersebut
terlihat dalam kesamaan urutan cerita tentang Yesus, mulai dari kelahiran
hingga kematianNya, oleh sebab itu ketiga Injil ini sering disebut sebagai
Injil Sinoptik. Istilah Sinoptik berasal dari kata Yunani sunaptikos,”
melihat sesuatu bersama-sama”, dan itu merupakan karakteristik dari ketiga
Injil ini.
1. Teori Kritik Awal terhadap
Injil Sinoptik
Kesamaan yang
terdapat dalam ketiga Injil tersebut akhirnya membuat banyak sarjana Liberal
bertanya, apakah diantara penulis ketiga Injil itu terjadi saling mengutip
antara yang satu dengan yang lain. Mereka akhirnya memulai suatu penyelidikan
terhadap ketika Injil ini dengan asumsi dasar mereka bahwa ketiga Injil ini
juga sama dengan buku-buku yang lain, dan lebih mementingkan rasio manusia
mereka yang juga dipengaruhi oleh filsafat modern. Akhirnya mereka melahirkan
beberapa teori tentang problem injil sinoptik ini.
a. Teori Tradisi Lisan
Teori ini
berpendapat bahwa sebelum kitab-kitab Injil ditulis, sumber untuk berkotbah dan
mengajar, dan meneguhkan orang dalam gereja ialah tradisi tentang Yesus yang
dipertahankan secara lisan, atau dalam kumpulan kecil yang dapat dikembangkan.
Ketika kitab-kitab Injil sudah beredar, maka gereja tidak lagi perlu berpegang
pada tradisi yang berubah-ubah ini, melainkan pada bentuk-bentuk tulisan yang
berbentuk kitab yang merupakan catatan materi yang tua. Tradisi lisan ini tetap
terpelihara bukan karena upaya yang sistematis dengan maksud yang berhubungan
dengan jaman kuno itu, melainkan karena tuntutan atau kepentingan jaman dari
komunitas itu. Dalam layanan seperti itu, maka fungsinya sebagai tradisi lisan
akan tetap bertahan selama kepentingan praktis itu tetap aktif.
b. Teori Injil Saling Bergantung
Teori ini
mengajarkan bahwa penulis pertama mengambil bahan dari tradisi lisan, kemudian
penulis kedua menggunakan materi yang telah ditulis oleh penulis pertama, dan
ketiga mengambil bahan dari kedua penulis sebelumnya. Mengingat bahwa dahulu
orang tidak terikat pada undang-undang hak cipta maka orang secara bebas
memanfaatkan dokumen yang tertulis sesuka hati mereka. Teori ini dicetuskan
oleh Griesbach pada tahun 1789.
c. Teori Injil Primitif
Teori ini
mencetuskan bahwa sebelumnya ada Injil primitif yang disebut Urevangelium yang
sudah tidak ada lagi dan penulis –penulis Injil meminjam bahan dari Injil
tersebut.
d. Teori Fragmen
Teori ini
mengajarkan bahwa penulis-penulis Injil menyusun catatan mereka dari
tulisan-tulisan di fragmen tentang kehidupan Kristus. Wellhausen, seperti
dikutip oleh Bultman, menambahkan bahwa “tradisi yang paling tua hampir
seluruhnya terdiri dari fragmen-fragmen kecil (ucapan maupun perkataan Yesus),
dan tidak menyajikan cerita yang bekesinambungan mengenai perbuatan Yesus atau
kumpulan lengkap berisi ucapan-ucapan-Nya. Ketika disatukan, fragmen-fragmen
tersebut dihubung-hubungkan sehingga membentuk satu kisah yang
berkesinambungan.”
e. Teori Dua Dokumen
Teori ini
mengajarkan bahwa Kitab Matius dan Lukas mengambil bahan yang sama dari Markus,
dan kitab Markus merupakan Injil yang ditulis paling awal. Disimpulkan bahwa
kitab Matius menggunakan 90% kitab Markus dan Lukas menggunakan 50%. Namun
karena Matius dan Lukas memiliki cukup materi yang sama tetapi tidak terdapat
dalam Markus maka mereka pasti memiliki satu sumber lain yang sama. Bahan yang
dimiliki bersama oleh Lukas dan Matius tetapi bukan dari Markus ini lazimnya
disebut bahan “Q”. Simbol “Q” ini merupakan sandi untuk kata Jerman Redenquelle
yang berarti “sumber sabda-sabda”. Q dipercayai sebagai sebuah koleksi
sabda Yesus yang sudah tersedia secara tertulis dalam bahasa Yunani. Sumber Q
ini tidak memiliki kisah masa kanak-kanak dan kisah sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus. Dan mereka juga berpendapat bahwa sumber Q tersebut tidak
ada salinannya tetapi hanya merupakan sebuah hipotesis belaka.
f. Teori Empat Dokumen
Teori ini
menyebutkan bahwa Markus merupakan Injil pertama yang ditulis dan bahwa Matius
dan Lukas menggunakan baik Markus dan Q secara independen, lazimnya disebut
“hipotesis dua sumber”. Namun disamping itu mereka juga memberi tempat bahwa
ada sumber-sumber khusus yang lain yang digunakan oleh Matius dan Lukas, yaitu
bahan-bahan tradisi yang hanya dikenal dan dipakai oleh salah satu dari mereka.
Bahan-bahan khas ini lazimnya diberi tanda “L” dan “M”. “M” merupakan
“kata-kata” pribadi sumber dari Matius yang ditulis sekitar tahun 65 Masehi dan
“L” sumber pribadi Lukas ditulis di Kaisarea sekitar tahun 60 Masehi, sedangkan
“Q” ditulis di Antiokhia sekitar tahun 50 Masehi dan Markus ditulis di Roma
sekitar tahun 60 Masehi.
2. Perkembangan Kritik Modern
Kritik tehadap
Alkitab terus mengalami perkembangan. Sarjana-sarjana Liberal terus berusaha
menggali dan mengembangkan pemahaman mereka dalam mengkritik Alkitab. Seiring
dengan itu mereka akhirnya memunculkan kritik-kritik yang terus diperbaharui
dengan konsep rasio mereka dan mengabaikan Alkitab sebagai firman Allah. Dalam
masalah Problem Injil sinoptik mereka juga menggulirkan berbagai teori kritik
yang lebih modern.
a. Kritik Historis
Kritik ini
mengalami kejayaan sekitar tahun 1950-an. Para teolog kritik historis berusaha
menyelidiki latar belakang kitab-kitab Injil yang ditulis oleh murid-murid
Yesus. Perbedaan-perbedaan didalamnya diekspos sedemikian rupa untuk
membuktikan bahwa tulisan Injil merupakan tafsir ulang penulis Injil, bahkan
lebih jauh mereka menyimpulkan bahwa Injil itu bukan hanya sekedar tafsir ulang
tetapi juga merupakan ungkapan iman penulis dan bukan peristiwa historis.
Pendekatan yang mereka lakukan dikenal dengan teori Linguistik Modern,
suatu displin ilmu dengan prinsip-prinsip; (a) mengutamakan pendekatan terhadap
teks secara “sinkronik” dan bukan secara “diakronik”, (b) Menekankan
unsur-unsur ujaran daripada bentuk tertulis suatu bahasa, dan (c) pemahaman
terhadap bahasa sebagai suatu sistem yang terstruktur.
Pendekatan ini
akhirnya membuat Alkitab sama dengan buku-buku lain. Mereka mencatat dalam
keragaman dalam catatan yang pararel, meneliti materi sejarah yang sekuler, dan
mencatat peristiwa sejarah yang terjadi dan berusaha menjelaskan kejadian
supranatural dengan penjelasan peristiwa secara alamiah dan cerita-cerita yang
dibuat oleh gereja mula-mula. Dampak negatif yang terlihat jelas dari kritik
ini adalah sehubungan dengan masalah Kristologi. Mereka menyatakan bahwa Yesus
yang ada dalam Alkitab bukanlah Yesus yang sejarah, tetapi Yesus kepercayaan
dari para penulis Injil dan orang Kristen zaman tersebut.
b. Kritik Sumber
Kritik sumber
berusaha untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan
Injil Sinoptik dan mengidentifikasi hubungannya dengan Injil-Injil itu. Didalam
penentuan sumber-sumber itu setidaknya mereka mempunyai beberapa pertanyaan
dasar. (1) Apakah dokumen yang sedang dipelajari itu menunjukkan adanya sumber?
(2) Apa yang dikatakan sumber tersebut? (3) Apa yang dilakukan pengarang dengan
sumber tersebut? (menyalin? Mengubah? Atau salah paham?). Menentukan adanya
sebuah sumber, menetapkan isi dan makna sumber itu, dan bagaimana sumber itu
dipakai, merupakan tiga pokok penelitian sumber
Adanya
sumber-sumber mereka tentukan juga bila mereka melihat ayat tertentu membuat
alur pemikiran atau gaya bahasa yang berbeda dari konteksnya, walaupun tidak
ada petunjuk eksplisit. Kesepakatan perkataan juga mengusulkan adanya suatu
sumber yang sama, yang mendasarinya. Penganut Kritik sumber mengusulkan
penulis-penulis menggunakan suatu sumber yang sama, yang mereka ikuti tetapi
mereka merasa, mereka memiliki kebebasan untuk menambah rincian dan “tidak
khawatir akan ketepatan dalam rincian historis.” Problem dari kritik sumber ini
ada dua segi: kritik ini cendrung mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan
mengakui adanya salah; kritik ini dibangun atas hubungan tanpa adanya bukti
yang bisa diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari semua itu
c. Kritik Bentuk
Kritik bentuk
tidak terlepas dari kritik Wellhausen terhadap Perjanjian Baru, ia mengemukakan
(1) Sumber asli dari bahan-bahan yang ada didalam Injil adalah tradisi lisan
yang beredar dalam unit-unit terkecil (2) Bahan-bahan asli tersebut sudah
digabung dan diedit dalam berbagai cara, langkah atau tingkatan (hanya satu
bagian saja yang dilakukan oleh penulis Injil PB itu sendiri (3) Bahan-bahan
yang ada di dalam tradisi itumemberikan informasi kepada kita tentang
kepercayaan dan situasi gereja mula-mula dan pelayanan Yesus.
Kritik ini
akhirnya dikembangkan oleh Bultman, ia menganggap bahwa Injil sinoptik sebagai
“literatur rakyat.” Mereka menyimpulkan bahwa Injil-injil sekarang ini bukanlah
merupakan karya yang utuh sejak semula, melainkan adalah kumpulan materi atau
bahan yang akhirnya dipilih atau disusun oleh para penulis injil PB. Mereka
umumnya memeluk bahwa buku Injil yang tertua adalah Markus. Markus menulis satu
karya tulis berbentuk “Injil”, dikemudian hari Matius dan Lukas mengikuti dan
menggunakan bahan yang ada didalam Injil Markus.
Lebih lanjut
mereka menegaskan bahwa bahan-bahan yang kita miliki sekarang didalam
kitab-kitab Injil, sebenarnya mempunyai sejarah penggunaannya dalam gereja,
yang dipelihara dan diwariskan dalam bentuk tradisi lisan. Bahan-bahan itu
digunakan didalam gereja secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, sesuai
dengan fungsi atau penggunaannya masing-masing dalam kehidupan dan ibadah
gereja. Masing-masing tradisi dapat dianalisa secara sendiri-sendiri. Setiap
bentuk digunakan untuk tujuan tertentu pula sesuai dengan situasi konkrit dalam
kehidupan gereja mula-mula. Oleh sebab itu maka disimpulkan bahwa kebanyakan
Injil-Injil itu tidak berisi data historis tetapi bumbu gereja mula-mula. Sebab
jika dianalisa maka ternyata bentuk dan bahan-bahan yang ada dan dipelihara
dalam gereja mula-mula itu sudah dipengaruhi oleh iman teologia gereja sesuai
dengan situasi dan keadaan kehidupan gereja waktu itu
Dalam sebuah
wawancara tidak resmi, Robert Mounce meringkas prosedur penelitian bentuk
sastra sebagai berikut:
“Pertama,
peneliti bentuk sastra mencatat berbagai jenis bentuk sastra, yang dipakai
untuk mengelompokkan cerita-cerita Alkitab. Kemudian dia berusaha untuk
memastikan Sitz im Leben (situasi dalam kehidupan) dari gereja mula-mula
yang biasa menjelaskan perkembangan masing-masing perikop yang termasuk dalam
ketegori-kategori di atas. Apakah rasa takut itu terhadap penganiayaan? Apakah
itu gerakan dari gereja orang-orang bukan-Yahudi yang berltar Yahudi? Apakah
itu ajaran sesat? Dan sebagainya. Setelah menentukan Sitz im Leben,
orang dapat menjelasakan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengelupas
lapisan-lapisan yang telah ditambahkan pada ucapan-ucapan Yesus. Hasilnya ialah
ucapan-ucapan dalam Kitab-kitab Injil, kembali kepada keadaan mereka yang asli
atau murni.”
Penelitian
bentuk ini terutama berasal dari Jerman pada tahun-tahun berakhirnya perang
dunia pertama. Penelitian dari bentuk sastra Injil-injil Sinoptik ini tampak
sebagai metode yang jelas dalam karya-karay L. Schmidt (1919), M. Dibbelius
(1919), dan R. Bultmann (1921).
d. Kritik Redaksi
Kritik Redaksi
berkembang setelah sesudah dan berdasarkan kritik bentuk. Selain itu kritik
redaksi, yang memberi perhatian kepada seluruh Alkitab, juga menyiapkan sarana
bagi lahirnya kritik naratif. Josh McDowel sehubungan dengan masalah ini
menjelaskan:
“Metode Kritik
Redaksi ini menambahkan sebuah dimensi baru terhadap penelitian Perjanjian
Baru, yaitu mengenai Sitz-im-leben (kedudukan dalam kehidupan) dari sang
pengarang. Para penulis kitab-kitab Injil tidak hanya dianggap sebagai orang
yang menghimpun bentuk-bentuk yang berbeda, melainkan mereka sendiri adalah
pengarang. Mereka adalah seperti orang-orang yang secara cermat telah menggubah
simfoni sastra dengan memakai “bentuk” Injil yang dipelopori oleh penulis Injil
Markus. Para penulis Injil dianggap sebagai para penggubah atau redaktor yang
terutama menyatukan (menghimpun) karya teologis dan karya sastra, bukan karya
sejarah. Penelitian redaksi berusaha menetapkan sudut pandang teologis dari
sang penulis Injil. Para peneliti ingin mengetahui sumber-sumber atau catatan
mana yang dipilih oleh penulis Injil, apa alasannya, serta dimana bagian
tersebut cocok dengan catatannya secara khusus (dikenal sebagai kelim-kelim).
Para peneliti ingin menemukan “perekat” teologis yang digunakan para pengarang
untuk menyusun Kitab-kitab Injil mereka.”
Terlihat jelas
bahwa kritik redaksi menempatkan penulis Injil bukan hanya sejarahwan menurut
mereka tetapi juga menjadi seorang teolog dalam memodifikasi dan membumbui
tradisi historis. Penulis dapat kreatif, menambah dan membumbui tradisi
historis bahkan dapat keluar dari peristiwa historis. Penganut Kritik redaksi
menyebutkan beberapa cara kerja penulis Injil sebagai redaktur yaitu: (1)
Mengaitkan bahan-bahan tertentu satu dengan yang lain (2) Menambahkan
catatannya sendiri pada bahan tradisional (3) menyusun ceritanya dalam urutan
tertentu (4) menanggapi atau menafsir bahan tradisional.Didalam penelitian
redaksi ini, para peneliti seringkali memberi perhatian besar pada kekhususan
kitab-kitab tersebut, seakan-akan tidak ada kesamaan sama sekali dalam hal isi
dan amanatnya.
B. Introduksi Injil Sinoptik
I.
Matius
1. Penulis
Injil Matius
a). Bukti
External
1). Judul kitab
‘Kata Matheon’ atau ‘According to Matthew’ (menurut Matius) terdapat dalam MSS
(manuskrip) mula-mula (kira-kira 125 A.D.); mengapa keberatan-keberatan pada
waktu itu sedikit diketahui oleh rasul?
2). Kira-kira
tahun 150 M Papias: “Matius menjelaskan ‘Logia’ dalam bahasa Ibrani dan
setiap orang menafsirkannya sama seperti yang dapat ia (Matius) lakukan.
“Kemungkinan besar Matius menulis dalam bahasa Aramik dan Yunani (tulisan asli
yang diinspirasikan).
3). Origen (185-254 M), menyatakan bahwa Matius
menyiapkan bahan ini untuk petobat-petobat Yahudi, dan diterbitkan dalam bahasa
Ibrani.
4). Irenaeus:
“Sekarang Matius juga menerbitkan Kitab Injil diantara orang Ibrani dalam
bahasa dialect mereka sendiri, yang mana petrus dan Paulus mengkotbahkan Injil
itu di Roma dan jemaat yang didirikan.
b). Bukti
Internal
1). Penulis
tidak mengidentifikasi dirinya sendiri secara langsung.
2). Markus dan
Lukas menyebutnya Matius dan Lewi (Markus 2:14); Matius menghapus nama Lewi,
mengindikasikan bahwa Matius adalah penulisnya
3). Dalam
perjamuan makan di rumah Matius, Markus menyebutnya ‘rumah orang itu’ (Markus
2:15) dan Lukas menyebutnya ‘di rumahnya sendiri’. (Lukas 5:29), sedangkan
Matius menyebutnya ‘rumah Matius’ (Matius 9:10).
4). Ia
menunjukan fikiran dan karakteristik dari seseorang pemungut cukai dalam
Injilnya.
o Ia adalah
satu-satunya penulis Injil yng mencatat tentang pembayaran pajak Bait Suci
(17:24-27).
o Ia menggunakan
‘hapax legomena’ sebanyak tiga kali untuk termonologi moneter untuk uang
upeti.
o Ia menunjukan
tingkah laku dan karakteristik seseorang yang berprofesi sebagai pemungut cukai
secara sistematis dalam Injilnya.
o Ia tertarik
dengan jumlah (3:5).
c). Tradisi
Gereja mula-mula.
Secara tradisi
dari bukti-bukti ini Matius lebih cocok dari pada penulis lain. Matius
ditekankan dalam Kis. 1:13, walaupun secara tradisi diakui bahwa ia menjadi
misionari ke Etiopia dan Persia.
2. Tanggal
penulisan
- Matius
menulis kepada orang Yahudi atau awal-awal gereja untuk memenuhi
kebutuhan dari orang-orang percaya Yahudi
- Tidak bisa
dipastikan, tetapi ada alasan kuat beranggapan bahwa Matius menulis
sebelum tahun 70 M ketika berada di
Palestina atau Antiokia di Siria.
3. Alamat
pengirim dan tujuan
a. Kemungkinan
besar ditulis diAntiokhia – Palestina.
b. Ditujukan
kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina (Yerusalem dan
sekitarnya).
4. Maksud
penulisan :
a. Meyakinkan
pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL yang sudah lama
dinantikan
b. Menunjukkan
bahwa kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dengan cara yang belum terjadi
sebelumnya
Introduksi:
hampir semua orang Israel menolak dan tidak mau percaya Yesus dan kerajaan-Nya,
karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani bukan yang politis
5. Tema Injil Matius : “Yesus adalah Raja.”
6. Karakteristik Injil Matius
- Sangat bermotif ke-Yahudian: 33 kali menyebut ‘Kerajaan Sorga’ (hanya di Matius); 5 kali menyebut ‘Kerajaan Allah’; 9 kali menyebut ‘ Anak Daud’.
- Bentuk angka khusus — 3 kelompok silsilah, 3 pencobaan, 3 perintah (6:1-7:20),
3 oknum dalam
Amanat Agung (28:19-20).
c.
Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang
penyembuhan dan pelepasan diuraikan secara teratur. Karena hal ini maka pada
abad ke dua gereja sudah mempergunakan Injil untuk membina orang yang baru
bertobat
d.
Matius menekankan :
-
Standar-standar kebenaran dari Kerajaan
Allah (Mat.. 5:1-7;29),
-
Kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit,
setan-setan dan kematian
-
Kejayaan kerajaan dimasa depan dalam
kemenangan yang mutlak pada akhir zaman
e.
Menyebutkan dan menubuatkan gereja
sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus (Mat. 16:18; 18:17)
7. Lima Ajaran
utama Yesus
- Kotbah di atas bukit (5:1-7:29)
- Pengutusan misi (9:35-10:42)
- Perumpamaan tentang Kerajaan (13:1 dst)
- Ucapan-ucapan Yesus (18:1-35)
- Peristiwa di bukit Zaitun (23:1-25:46)
9. Lima Kisah
utama Yesus
a. Tanda Ajaib dan Mujizat
--.> menegaskan realitas kerajaan (Ps. 8–9)
b.
Mempertunjukkan lebih lanjut tentang kerajaan (Ps. 11-12)
c.
Kerajaan yang menimbulkan bermacam-macam krisis (Ps. 14-17)
d. Yesus
di Yerusalem (19:1, 26:46)
e. Yesus
ditangkap, dihakimi, disalibkan, Yesus dibangkitkan (26:47-28:20)
10. Tujuan Teologis.
Matius
menangkap pengharapan Mesianik dan ekspektasi orang yahudi. Ia memberikan
petunjuk kepada pembacanya bahwa manusia Sejati, Anak Daud, benar telah datang.
Sementara penulis lain meyajikan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, maka
Matius yang menyajikan Dia untuk orang Yahudi.
Tujuan Injil
Matius ada dua segi.
1). Membuktikan
bahwa Yesus adalah Mesias yang dikenal orang-orang Yahudi
untuk raja Israel yang akan membawa
keselamatan
2). Menyajikan
kerajaan sesuai dengan rencana Allah
II. Injil
Markus
a.
Penulis Injil Markus
1). Bukti
External:
a). Papias
mengatakan bahwa Markus menulis dari perkamen Petrus tetapi tidak selalu sama
dengan susunan kronologinya.
b). Irenaeus
mengatakan bahwa ‘setelah kematian Petrus dan Paulus, Markus meyediakan bagi
kita kotbah-kotbah Petrus dalam bentuk tulisan.
c). Clement
dari Alexandria, Origen dan Jerome juga menyatakan bahwa Injil Markus
dihasilkan dalam hubungannya dengan Petrus.
d). Judul kitab
‘kata Markom’/According to Mark (menurut Markus) ditemukan dalam MSS kuno.
2). Bukti
Internal:
a). Banyak
teolog percaya bahwa orang muda yang lari telanjang yang hanya dicatat dalam
Injil Markus adalah Markus sendiri (Markus 14:51,52).
b).
Kelihatannya penulis hadir sebagai saksi mata dalam beberapa peristiwa
(14:12-16). Sangat mungkin rumah yang dipakai adalah rumah mereka.
c). Percakapan
Malaikat dengan Petrus yang bersifat pribadi hanya dicatat dalam Injil Markus (16:7).
d). Tidak ada
hal-hal yang bertentangan dengan pengakuaan secara tradisi bahwa Markus anak
Maria, kemenakan Barnabas adalah penulis Injil Markus.
b. Waktu
Penulisan
1). Dalam lagu bangsanya
Paulus memuji pelayannan Markus (II Tim. 4:6-8) sulit dipercaya bahwa Markus
dapat berbuat banyak sebedlum jemaat dipuaskan dengan pelayanannya.
2). Markus
menyinggung nama seseorang yaitu Rufus yang kemungkinan besar adalah nama yang
sama disinggung Paulus dalam Roma 16:3.
3). Pandangn
kaum Liberal yang memprioritaskan Injil Markus sebagai Injil pertama harus
ditolak, karena asumsi mereka penulis Injil lain memakai sumber Markus untuk
menulis Injil mereka. Dan jika demikian Alkitab hanyalah sebuah karya sastra
belaka dan bukan Firman Tuhan.
4). O’Callahan
menunjukkan bahwa sebagian pragmen dari Dead Sea Scroll mengandung
Injil Markus di dalamnya, dan akhirnya hal ini diperdebatkan apakah Dead Sea
Scroll ditulis sebelum atau sesudah 50 A.D.
c. Alamat
Pengirim dan Tujuan
1).
Kelihatannya Markus menunjukkan tulisanya kepada pembaca Romawi karena Ia
berusaha menterjemahkan kata-kata Aramic dan ia menjelaskan adat istiadat
Yahudi yang tidak perlu dilakukan kepada orang Yahudi. Dalam tulisannya ia
lebih sering menggunakan ekspresi latin dari penulis-penulis lain.
2). Kemungkinan
besar Rufus adalah orang Roma yang disinggung oleh Markus dan bisa jadi ia
berada di Roma dan kemungkinan ia adalah penerima Injil Markus.
3).
Diperkirakan Injil Markus ditulis ketika ia sedang bersama Perus (I Pet. 5:13)
A.D.
d. Tujuan Injil
Markus:
Memberitakan
‘kabar baik’ bahwa penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk semua orang bahkan juga
untuk orang non Yahudi. Penekanan utamanya adalah gambaran Kristus sebagai
hamba yang datang untuk melayani dan memberikan hidupNya sebagai tebusan bagi
banyak orang.
e. Tujuan
Teologis:
Oleh karena
orang Romawi adalah orang yang bekerja bukan orang yang berpikir, maka Markus
menyajikan Kristus sebagai “Pekerja yang hebat daripada pemikir yang dalam,
manusia yang menang melalui tindakan.” Gaya Markus, demikian pula isinya
mencerminkan isi teologisnya.
f.
Thema Injil Markus: “Yesus
adalah hamba yang menderita (Markus 10:45)”.
g.
Karakteristisk Injil Markus
1). Kata ‘euthus’ (segera) dipakai sebanyak
42 kali
2). Kuasa – penekanan pada mujizat dan
kontradiksikan kebangkitan Kristus
Dengan kemunduran pemerintahan Roma
3). Tertarik
pada orang non Yahudi-hanya mengutip secara langsung kitab P.L. sekali saja
(11:17), dan sedikit sekali mencatat penggenapan nubuatan P.L. dalam Injilnya.
4).
Keterusterangan-Ia menunjukkan sejumlah realitas tentang kegagalan murid-murid
dan reaksi masyarakat terhadap Kristus, ini cocok sekali jika mewakili Petrus
dan diketahui orang Roma.
h. Pengakhiran
Injil Markus (Mark. 16:9-20)
1). Menurut
Critical text (Liberal)
a. Orang-orang
Liberal menyatakan bahwa Injil Markus mengakhiri “ Kabar Baik” – nya dengan
kata “karena mereka takut” (16:8)
b. Yang lain
berpendapat bahwa Markus meninggal sebelum menyelesaikan tulisan Injilnya.
(band. P. 16, D, 3).
2). Menurut
Textus Receptus
a. Markus
16:9-20 tidak ditemukan hanya dalam codex ‘Aleph’ dan ‘B’ yang merupakan
salinan Alkitab yang telah dirusakan olehpara bidat gnostik dan tangan-tangan
kotor.
b. Dikebanyakan
MSS mayority ditemukan Markus, 16:9-20.
c. Ada isi
theology yangpenting adalah Mar. 16:9-20.
d. John Burgon
mempertahankan keontentikan Markus 16:9-20, dan Markus 16:8 itu adalah akhir
dari pembacaan dalam lectionary, bukan akhir dari Injil-nya.
e. Secara
logika dari kisah yang dituliskan akan lebih dapat diterima Injil ini berakhir
pada ayat 20 dari pada ayat 8.
III. Injil
Lukas
a. Penulis Injil
Lukas
1). Bukti
Eksternal :
a. Bapa-bapa
Gereja seperti Justinus Martyr, Irenaeus, Tertulian dan Origen menyatakan Lukas
sebagai Injil Lukas (mereka adalah orang-orang yang hidup pada abad II, yang
kemungkinan masih sangat jelas berita Lukas).
b. Kanon Moratorian’ (+ 180) melaporkan
Lukas sebagai penulis Injil Lukas.
c. Sangat tidak masuk akal Lukas yang
kemungkinan besar orang non-Yahudi disebut penulis oleh jemaat mula-mula kalau
bukan mereka tahu bahwa Lukas adalah penulisnya.
2). Bukti
Internal:
a. Penulis bukan saksi mata, tetapi ia
menggunakan metode ilmiah dalam riset sejarahnya untuk menulis Injil-Nya
(1:1-3).
b. Penulis dapat dipastikan bukan orang Yahudi
(kata ‘mereka’ berarti tidak termasuk dia. Li. Kis. 1:19).
c. Kesatuan Injil Lukas dengan Kis. Adalah sangat
penting: terbukti ada banyak kesamaan diantara keduanya, mis. Kesamaan gaya bahasa
kata-kata yang dipakai, kelanjutan Injil Lukas (band. Lukas 1:1-3 & Kis.
1:1).
d. Kata ‘Kami’ dalam penekanan Kis. Berarti
didalamnya termasuk Lukas.
e. Dalam perjalanan Paulus setiap Lukas bersama
dia selalu memakai kata ganti orang kedua jamak ‘Kami’ (Kis. 16:6-11), dan
memakai kata ganti ketiga jamak ‘Mereka’ kalau ia tidak bersama Paulus
(Kis.20:1-6), sehingga kepenulisan Lukas terhadap Injil Lukas dan Kis. Tidak
diragukan lagi.
b. Waktu
Penulisan
1). Sebelum
Kisah Para Rasul
2). Kis.
Diakhiri dengan pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama, atau kira-kira tahun
60 A.D., sesuai dengan tanggal surat-surat penjara.
3). Oleh sebab
itu Injil Lukas seharusnya ditulis sebelum Kis. Kira-kira pertenga -
han atau akhir tahun 50-an A.D.
c. Alamat pengirim
dan tujuan
1). Beberapa
kemungkinan telah ditawarkan ditulis di daerah Yunani, Kaisarea, atu Rom.
Tetapi kemungkinan yang lebih dapat diterima di tulis di Yunani, atau
setidaknya pengumpulan data dilakukan di Palestina.
2).
Kelihatannya Lukas mengirim tulisannya kepada Teofilus yang tertarik pada
kekristenan yang juga pejabat Roma.
d. Maksud dan
tujuan penulisan
Memberikan
pengetahuan rohani atau kemungkinan penginjilan lewat literature tentang
kehidupan dan karya keselamatan Yesus Kristus.
e. Thema:
“Yesus adalah sang Juruselamat yang datang sebagai Anak
Manusia”.
f.
Karakteristik Injil Lukas
1). Lukas
menekankan pekerjaan Roh Kudus dan nilai doa dalam hidup kita sebagaimana dalam
kehidupan Kristus.
2). Injil Lukas
sangat komprehensif atau menyeluruh sehingga menyebabkan Injil Lukas menjadi
Injil yang terpanjang (jumlah kata dalam keseluruhan kitab Lukas)
3). Lukas
menekankan kehidupan individu dari pada kelompok dan menaruh perhatian yang
lebih besar tentang wanita.
4).
Karakteristik yang istimewa dari Injil ini adalah mulus dan indah dalam hal
sejarah maupun sastra.
g. Tujuan
teologis
Lukas memiliki
penekanan kosmopolitan, menekankan universalitas Injil dan bahwa Yesus adalah
penebus dunia. Hal ini ditekankan melalui kaitan garis keturunan Yesus dengan
Adam, nenek moyang manusia seluruhnya. Penekanan ini secara khusus juga dapat
dilihat dalam penggunaan perumpamaan Lukas.
BAB. III
PEMBAHASAN
TEOLOGI SINOPTIK
1.
Doktrin Allah
Sama seperti
kitab-kitab yang lain dalam Alkitab, bahwa mereka memiliki keyakinan yang besar
dan mendasar tentang Allah, yakni bahwa Allah ada, penuh dengan kemuliaan dan
manusia harus terus-menerus bergantung padaNya. Injil Sinoptik juga memiliki
bagian tentang semua ini. Para penulis PB juga memiliki pandangan yang sama
sebagaiman yang terdapat dalam PL. Injil Sinoptik juga secara jelas mencatat
tentang atribut Allah.
a. Providensia
Allah. (Mat.6:26, 10:29)
b. Kebapakan
Allah (Mat.6:32)
c. Anugrah
Universal dan personal (Mat. 5:45)
d. Penekanan
Kerajaan Allah (Mat. 5: 34; 23:22)
e. Penghakiman
Allah bagi semua orang (Mat. 3:7; 7:1; Luk. 3:7)
f. Kemuliaan
Allah dinyatakan (Mat. 17:1-8)
g. Kebaikan
Allah (19:17)
h. Kuasa Allah
(Mrk.12:24-27)
i.
Ketritunggalan Allah (Mrk. 1:9-11)
2. Doktrin Kristus
Dari tinjauan
mengenai Kristus, Sinoptik secara jelas memberi gambaran tentang pribadi
Kristus.
a. Kelahiran
dari anak dara.
1) Matius dan
Lukas menekankan bahwa kemanusiaan Yesus dikandung oleh Roh Kudus (Mat. 1:18;
Luk. 1:13)
2) Matius memberikan
penekanan yang cukup jelas tentang Maria yang tidak bersetubuh dengan seorang
laki-laki sebelum kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25)
3) Markus
menekankan bahwa Yesus adalah “anak Maria” daripada mengatakan anak Yusuf
(kebiasaan Yahudi biasanya menggunakan nama ayah)
b. Kemanusiaan
Kristus. Ketiga Injil menekankan kemanusiaan Yesus.
1) Matius
menekankan garis keturunan manusia-Nya (1:1-17), kelahiran-Nya sebagai manusia
(1:25), dan masa kanak-kanak-Nya (2:1-23)
2) Lukas
menekankan kelahiran-Nya dan status-Nya yang rendah (2:1-20), Ia menyesuaikan
diri tentang tradisi Yahudi (2:21-24), dan pertumbuhan sebagai anak laki-laki
muda (2:41-52).
3) Markus
menekankan kemanusiaan Yesus lebih dari Matius dan Lukas melalui penekanannya
pada karya, kehidupan dan aktivitas Yesus.
4) Ketiganya
juga menekankan kemanusiaan-Nya dalam pencobaan.
c.
Ketidakberdosaan Kristus. Meskipun Sinoptik menyajikan Yesus sebagai manusia,
mereka juga mengindikasikan Ia bukan manusia biasa, Ia lahir dari seoranf anak
dara dan tidak berdosa.
1) Karena lahir
dari seorang perawan, ia tidak memiliki nature dan kecendrungan pada dosa.
2) Yesus
memanggil manusia untuk bertobat tetapi tidak ada catatan bahwa Ia pernah mengaku dosa atau bertobat.
3) Baptisan-Nya
adalah untuk “menggenapi seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15), bukan untuk
pengakuan dosa (Mat.3:6).
4)
Pencobaan-Nya juga untuk menekankan bahwa meskipun Ia diuji semua seperti dalam
area kita, namun Ia tidak berdosa (Mat.4-1-11)
5) Pada waktu
Ia menegur Petrus, Ia menyatakan bahwa Ia sama sekali tidak ada hubungan dengan
dosa (Mat.16:23)
d. Keilahian
Kristus
1) Matius
menekankan Yesus sebagai anak Daud (Mat. 9:27), sangat jelas bahwa anak Daud
merupakan Mesias yang dijanjikan dan melakukan pekerjaan Allah.
2) Matius
secara terus menerus menyajikan Yesus sebagai Mesias demikian pula sebagai yang
menggenapi nubuat-nubuat PL yang berkaitan dengan Mesias.
3) Asal mula
Anak Manusia bermula dari Daniel 7:13 dimana Ia digambarkan sebagai yang penuh
dengan kemenangan, membawa kerajaan kepada bapa. Posisi anak manusia disebelah
kanan Bapa menghubungkan pada Mazmur 110:1 dan yang Ia adalah Tuhan.
4) Yesus adalah
Anak allah dalam pengertian unik yang absolut.
5) Karya
penebusan
6) Kebangkitan
Kristus.
3. Doktrin Roh
Kudus
Sinoptik juga
menggambarkan peranan Roh Kudus yang cukup signifikan terutama dalam
hubungannya dengan Kristus.
a. Berkaitan
dengan kelahiran Kristus dari anak dara. Matius dan Lukas keduanya
menghubungkan konsepsi Yesus di kandungan Maria dengan Roh Kudus yang datang atasnya (Mat.1:18; Luk. 1:35).
b. Berkaitan
dengan baptisan Kristus. Pada saat pembaptisan Yesus, Roh Kudus turun ke
atas-Nya dan mencurahkan kuasa untuk pelayanan kepada publik.
c. Berkaitan
dengan pencobaan Kristus.
d. Berkaitan
dengfan pelayanan Kristus
e. Berkaitan
dengan inspirasi kitab suci.
4. Doktrin
Gereja
Sinoptik tidak
mencatat pengembangan doktrin gereja. Kata gereja (ekklesia) digunakan hanya
tiga kali dalam Matius dan tidak sama sekali dalam Lukas dan Markus. Sekalipun
demikian hal itu mengindikasikan bahwa cikal bakal gereja sudah muncul sejak
awal.
5. Doktrin
Akhir Zaman
Injil Sinoptik menyediakan materi yang cukup banyak
berkaitan dengan akhir zaman.
a. Kata
kerajaan (Yun.:Basileia) menonjol di Injil sinoptik, muncul 56 kali di Matius,
21 kali di Markus, 46 kali di Lukas. Matius juga menggunakan istilah raja lebih
banya dari kitab lain yang ada di PB.
b. Injil
sinoptik menekankan bahwa Yesus datang untuk mendirikan kerajaan millennial
BAB. IX PENGANTAR
TEOLOGI PAULUS
A.
Introduksi Teologi Paulus
1.
Latar Belakang dan Pelatihan
Paulus lahir
sekitar 3 AD dari keluarga terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis.
22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus dibesarkan dalam keluarga Yahudi
yang ketat, disunat pada hari kedelapan, dan dari suku Benyamin (Flp.3:5).
Paulus kemudian dilatih di Yerusalem di bawah gamaliel, seorang Farisi dan
anggota terhormat dari Sanhedrin (Kis.5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari
tujuh sarjana dalam sejarah bangsanya yang menerima sebutan “Raban” (tuan
kami). Gamaliel adalah cucu Hillel, pendiri sekolah penafsiran yang memakai
namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi, pengikut ketat pada hukum tradisi
Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan tradisi penatua
menyebabkan dia menganiaya gereja.
2. Garis Besar
Perjalanan dan Pelayanan
Setelah
pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan beberapa
bulan di Damaskus (Kis.9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk
membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis.9:26). Tidak lama setelah
itu, ia pergi ke kampung halamanya di Tarsus (kis.9:30). Ia menghabiskan 3
tahun di Arabia, bisa jadi dalam suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung
setelah pertobatannya. Setelah itu ia kembali ke Yerusalem (kis.11:30; 12:25;
Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk melakukan
perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu mereka mengabarkan Injil di
Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak Injil, di Asia
Kecil inilah Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas
dari pelayanan Paulus adalah sebagai berikut:”diawali dengan pemberitaan kepada
orang yahudi dan non-Yahudi pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya
atau yang asosiasinya lebih bebas, kemudian setelah ditolak oleh para pendengar
di sinagoge, maka dilanjutkan secara pelayanan secara langsung kepada orang
non-Yahudi.” Sidang di Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis.15) dan
menyelesaikan suatu keputusan untuk isu yang penting, dimana keputusan itu
memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus memberitakan Injil pada orang
non-yahudi tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-Yahudi tidak dituntut
untuk disunat. Keputusan itu penting untuk menjaga kemurnian Injil dan
memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi yang kedua (49-52 AD,
Kis.15:36-18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil, dimana
mereka kembali mengunjungi gereja-gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa
(Kis.16:11 dst). Perjalanan misi ketiga (53-57 AD; Kis.18:23-21:16) dilakukan
Paulus ke efesus, dimana ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian
dilanjutkan ke Makedonia dan Akhaya. Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan
kembali dan di penjarakan di Kaisarea (58 AD; Kis.24:1-26:32). Paulus
mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu dua tahun di penjara.
Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertma di Roma, kemudian dia melayani dari
tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan sejauh Spanyol, dan kembali
ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8).
KRONOLOGI
KEHIDUPAN PAULUS
|
|
Tanggal: AD
|
Peristiwa
|
3(?)
|
Kelahiran Paulus
|
18-30
|
Pelatihan di Yerusalem
|
33/34
|
Pertobatan
|
34-36
|
Di Arab
|
46
|
Di Yerusalem
|
46-48
|
Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil
|
48-49
|
Sidang Yerusalem
|
49-52
|
Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa
|
53-57
|
Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia Kecil dan Eropa
|
58-60
|
Pemenjaraan di Kaisarea
|
60-61
|
Perjalanan ke Roma
|
61-63
|
Pemenjaraan di Roma
|
63-66
|
Pelayanan sampai ke Spanyol
|
66-67
|
Pemenjaraan di Roma dan ekskusi
|
SURAT-SURAT PAULUS
|
||||
Ciri
|
Nama
|
Tgl.: AD
|
Asal
|
Teologi
|
Umum
|
Galatia
1 Tesalonika
2 Tesalonika
1 Korintus
2 Korintus
Roma
|
48
50
50
55
55
57
|
Antiokhia/Siria
Korintus
Korintus
Efesus
Makedonia
Korintus
|
Soteriologi
Dan
Eskatologi
|
Penjara
|
Efesus
Filipi
Kolose
Filemon
|
62
63
62
62
|
Roma
Roma
Roma
Roma
|
Kristologi
|
Pastoral
|
1 Timotius
Titus
2 Timotius
|
63
63
67
|
Makedonia
Korintus
Roma
|
Ekklesiologi
|
BAB. X
PEMBAHASAN
TEOLOGIA PAULUS
1.
Teologia Paulus tentang Allah
a. Wahyu
tentang Allah.
Teologi Paulus
merepresentasikan sebuah gambaran yang tinggi berkaitan dengan Allah. Paulus
memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan yang menyatakan diriNya sendiri
melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21; 1 Kor. 2:10; 2 Kor.
12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telam
dinyatakan dalam waktu pada saat sekarang.
b. Allah telah
menyatakan diriNya sendiri melalui penghakiman atas orang tidak percaya (Rm.
1:18; 2:5; 2Tes.1:7).
Murka (orge) mengekspresikan,
“kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini berasal dari kekudusan dan
kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak dapat mengabaikan dosa.”
c. Pernyataan
Diri Allah dalam berkatNya.
Allah
menyatakan Dirinya sendiri dalam berkat-berkatNya yang mulia kepada orang
percaya (Rm. 8:18-19; 1Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2 Kor.5:10).
d. Kedaulatan.
Konsep
kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan sejumlah istilah
untuk menekankan konsep ini. (1) Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti
“menandai dengan batasan sebelumnya”. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB,
dan 5 kali muncul dalam tulisan Paulus. (2) Kemahatahuan (Yunani; proginosko)
berarti “mengetahui sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar”
(Rm.8:29; 11:2). Kemahatahuan “menekankan bukan hanya pengetahuan sebelumnya
tetapi suatu relasi aktif antara yang mengetahu sebelumnya dengan yang
diketahui sebelumnya” (3) Pilihan (Yunani:ekklegomai) berarti “dipanggil
keluar” (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat-berkat Efesus 1:3 disadari oleh orang
percaya karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan. (Ef. 1:4).
Pilihan Allah menekankan pada Ia memilih orang percaya bagi Dirinya sendiri.
(4) Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti “menjadikan anak” (Ef.1:5), kata ini
menekankan upacara Romawi agi sdeorang anak yang telah diadopsi kepada status
dewasa dengan segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah hasil
predestinasi Allah pada orang percaya sejak kekekalan. (5) Dipanggil (Yunani;
kletos) menunjuk pada panggilan Allah yang efektif untuk keselamatan
(Rom.1:1,7;8:28). Ini merupakan panggilan Allah yang memampukan seseorang untuk
percaya. Istilah ini berhubungan dengan pilihan yang tidak bersyarat (Allah
memilih kita tanpa berdasarkan jasa kita). (6) Tujuan (Yunani; Protithemi)
berarti “menempatkan sebelum” dan mengusulkan tujuan Allah dalam diriNya
sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). (7) Kehendak
(Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak
berdasarkan kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi
juga tentang pekerjaan Allah dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah
berjalan sesuai kehendak Allah yang berdaulat.
Konklusi
penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus dicermati:
(1) Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. (2)
Tujuan predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. (3)
Predestinasi tidak mengesampingkan tanggungjawab manusia.
2. Teologi
Paulus tentang Kristus
a. Kemanusiaan.
Paulus bukan
hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang keilahian
Kristus, ia juga menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus dilahirkan
dari seorang peremapuan (Gal. 4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu duniawiNya
dan memiliki keturunan fisik dari Daud. (Rm. 1:3; 2Tim.2:8). Kristus juga sama
sekali tidak berdosa (2Kor.5:21)
b. Keilahian
Suatu teologia
yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat ditemukan dalam
tulisan-tulisan Paulus. Penekanan paulus bahwa Kristus adalah “dari surga”
(1Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus
menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9) Keilahian
(Yunani;theotes) “menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya
adalah Allah yang mutlak dan sempurna”. Kristus eksis dalam rupa Allah
(Yunani;morphe) mengusulkan warisan karakter atau substansi esensial dari
pribadi itu. Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah.
c. Ketuhanan
Yesus disebut
Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul paling
sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus.
(1) Tuhan
menunjuk pada keilahian-Nya (rm. 10:9; 1Kor. 12:3; Flp.2:9).
(2) Tuhan
menunjuk pada kuasa (Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus “ yang
sekarang setara dengan Allah dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa
semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan tunduk kepada-Nya”
(3) Tuhan
menunjuk pada kedaulatan (2Kor.4:5; Rm.14:5-9)
(4) Tuhan
menunjuk pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1Tim. 6:15; 1Kor.15:25).
3. Teologia
Paulus tentang Roh Kudus
Teologi Paulus
memberikan pembahasan yang panajng lebar, baik tentang Pribadi maupun karya Roh
Kudus.
a. Pribadinya. Atribut-atribut
Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat Paulus.
(1) Intelek.
Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1Kor.2:10) dan
kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1Kor.2:13).
(2) Kehendak.
Roh Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya ia
mendistribusikan pemberian-pemberian
“sesuai dengan kehendak-Nya” (1Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan
kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendaknya sendiri.
(3) Emosi. Roh
Kudus dapat didukakan (Ef. 4:30)
(4)
Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti
Kristus (Rm. 8:26-27,34) dan ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan
Putra (Rm. 8:9-11).
b. Kuasanya.
Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus
sebagai salah satu anggota pentang Tritunggal.
(1) Ia
meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup baru kepada orang percaya (Tit. 3:5).
(2) Ia
membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya dengan Tuhan mereka dengan
menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1Kor. 12:13).
(3) Ia
mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya.
(4) Ia
memeteraikan. Roh Kudus memberi tanda identitas Allah dan kepemilikan atas
orang percaya; ia adalah materai itu sendiri dan memverifikasi keselamatan
mereka (Ef.1:13; 4:30).
(5) Ia
memberikan karunia.
(6) Ia
memenuhi. Roh Kudus mengontrol oranmg percaya pada waktu kondisi mereka
dipenuhi. (Ef. 5:18)
(7) Ia memberi
kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya
(Gal.5:16).
4. Teologia
Paulus tentang Dosa
Paulus
menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan nature
dosa.
a. Hamartia
adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa (Rm. 4:7;
11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia (1Kor.15:3).
Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4), sedangkan
dalam bentuk tunggal kata itu menunjuk pada kleadaan berdosa (Rm.3:9,20; 5:20;
6:16,23).
b. Paraptoma
menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar (Rm.4:25,
Gal.6:1; Ef.2:1).
c. Parabasis
berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm. 2:23;
4:15; Gal. 3:19).
d. Anomia
berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2Kor..6:14; 2Tes.2:3)
Dosa adalah
sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan manusia untuk
membayar hutang itu. (Ef.1:7, Kol.1:14). Hal itu merupakan bentuk penyimpangan
dari jalan yang lurus. Dosa tanpa hukum dan menjadi pemberontakan (Rm. 11:30;
Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun internal.
5. Teologi
Paulus tentang Keselamatan
Paulus
memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada pengembangan yang penuh.
Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah; Allah yang
berinisiatif dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata.
Karya penebusan Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari
ikatan dosa dan menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya.
a. Pengampunan.
Pada waktu Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia melakukan-Nya
berdasarkan anugrah-Nya (Kol. 2;13). Diampuni (Yunani; charizomai) berarti
“menganugrahkan berdasarkan kemurahan, memberikan dengan murah hati, mengampuni
berdasarkan anugrah”. Kata itu erat kaitannya dengan kata anugrah. Kata lain
dari paulus untuk pengampunan (yunani; aphesis) memiliki suatu arti dasar
“membebaskan” atau “menyuruh pergi” tetapi secara teologis berarti “mengampuni”
atau “membatalkan suatu obligasi atau hukuman” (Ef. 1:7; Kol.1:14). Anugrah Allah
mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan kemuliannya,
dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang tidak dapat
dibayar oleh manusia.
b. Penebusan.
Kata penebusan (Yunani: apulotrosis0 adalah istilah yang secara khusus dipakai
oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam PB, tujuh diantaranya ada dalam
tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan
suatu harga tertentu.
c. Pendamaian.
Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam PB. Kata ini (Yunani:
hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari
kebenaran dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan
Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan.
d. Justifikasi.
Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan
empat puluh kali di PB, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua puluh sembilan
kali. Justifikasi mertupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan bahwa
orang berdosa yang percaya dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar
dari justifikasi adalah “mendeklarasikan benar”. Beberapa hal lain dapat
dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus;
(1) justifikasi
merupakan pemberian anugrah Allah (Rm.3:24)
(2) hal itu
dapat terjadi melaui iman (Rm.5:1; Gal.3:24)
(3) hal itu
dimungkinkan melaui darah Kristus (Rm. 5:9)
(4) dan hal itu
terpisah dari hukum Taurat (Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11).
5. Teologia
Paulus tentang Gereja
a. Defenisi
Kata gereja
(Yunani; ekklesia) berari “memanggil keluar dari suatu kelompok.” Kata ini
seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang percaya yang Allah
panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya.
Namun demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis
untuk menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan “jemaat”), seperti di
KPR 19:32. gereja digunakan dalam dua cara utama di PB,. Gereja universal dan
gereja local. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, mak
yang dimaksud adalah pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja local,
yang dimaksudkan adalah suatu jemaat orang percaya tertentu dalam suatu lokasi
dan suatu waktu tertentu.
b. Penjelasan
Paulus
menetapkan gereja sebagai suatu organisasi yang terdiri dari “struktur kompleks
tubuh Kristus yang menjalankan aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan oleh
masing-masing orang percaya, yang memiliki fungsi masing-masing tetapi saling
bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai Kepala
gereja”
c. Organisasi
Gereja adalah
organisasi yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi, yang
melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam
PB. Jabatan penatua (Yunani; presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan
kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua
ditunjuk sebagai pemimpin gereja-gereja local (! Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilak
penilik (Yunani; episkopos) menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan
oleh penatua (1Tim.3;1). Istilah itu pada dasarnya memiliki arti yang sama,
namun demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada
fungsi. Dan kedua istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah
diaken (Yunani; diakonos), yang artinya”pelayan”, dimana mereka juga terlibat
pelayanan rohani, yang berada di bawah otoritas penatua. Kemudian jabatan lain
yang disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan guru.
d. Ordinansi
Meskipun topik
baptisan merupakan hal utama dalam PB, namun hal itu bukan penekanan yang utama
dalam teologi Paulus. Kata kerkja baptizo digunakan sebanyak delapan puluh kali
dalam PB, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanayk enam belas kali dan hanya
sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara mengenai perjamuan,
Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan Tuhan (1Kor.
11:23-34), dimana dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan. Paulus
menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan sebagai suatau peringatan dan mengutuk orang
yang melakukannya secara sembarangan (1Kor.11:25).
6. Teologia
Paulus tentang Hal-Hal Terakhir
a. Berkaitan
dengan Gereja.
Sejak Paulus menyediakan pengajaran baru yang
signifikan tentang nature gereja, maka adalah tepat jika paulus memberikan
pengajaran tentang konsumasi dari gereja, yaitu penjabaran tentang masa depan
gereja. Paulus menunjuik pada penerjemahan gereja, dimana sebagian orang
percaya yang masih hidup tidak akan mati, tetapi ditransformasikan lebih cepat
dari sekejab mata (1Kor. 15:51-57). Paulus juga menjelaskan tentang rapture,
kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan Kristus.
b. Berkaitan
dengan Israel
Paulus membahas
tentang pemilihan Israel di Roma 9-11, menangisi penolakan Israel terhadap
Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah menolaknya, oleh
karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam
tujuan-Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah
terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah
satunya adalah Paulus.. namun demikian, pada waktu Israel dibutakan, itu adalah
sementara. Paulus memperlihatkan masa depan pada waktu kebutaan Israel akan
diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm. 11:1,5).
c. Berkaitan
dengan dunia
Pada saat
Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang bagi gereja dan
pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar
tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak
percaya. Paulus menggunakan istilah murka (Yunani;orge) untuk menjabarkan
penghakiman Allah yang akan turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini
sebanyak dua puluh satu kali di tulisannya dan lima belas kali dalam bagian
lain PB. Paulus sering menggunakan kata ini untuk menjabarkan suatu masa depan
“hari kemurkaan.” Ia juga mengidentifikasikan periode tersebut sebagai waktu
dari manusia “murtad” dan juga “anak kehancuran”, yang akan muncul dan
menninggikan dirinya sendiri sebagai Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia
akan dihancurkan pada saat kedatangan Kristus.
BAB. XIV
PENGANTAR
TEOLOGI YOHANES
1. Rasul Yohanes
Yohanes,
saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya adalah seorang pelayan di
Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup menguntungkan
sehingga ia mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.1:20).
Ibunya Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah
saudara sepupu Yesus (Yoh. 19:25, mat. 27:56, Mrk. 15:40,47). Ibunya adalah
salah seorang yang mengikut Yesus dan memberi dukungan kepada Yesus. (Luk. 8:3,
Mat. 27:55-56; Mrk. 15:40-41). Yohanes tidak diragukan sebagai salah satu dari
dua murid yang mengikuti Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yoh.1:35-37). Kira-kira
setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai salah satu dari keduabelas rasul
(Mat.10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah satu dari dekat
Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat.17:1-8), kebangkitan anak perempuan
Yairus (Mrk.5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani
(Mat.26:37-38). Pada Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid
“yang dikasihi Yesus” memiliki posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus
juga menyerahkan Maria pada pemeliharaan Yohanes di kayu salib (Yoh. 19:26-27).
Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling sedikit dua kali sebelum kenaikan,
di ruang atas (Yoh.20:19-20) dan di Galilea (Yoh.21:2), dan paling sedikit tiga
kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why.1:12-18), hakim
orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab KPR
ia muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu
sokoguru gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan
tinggal sampai usia lanjut, hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD).
2. Teologi Yohanes
Sumber untuk
studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan kitab
Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari
teologi Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang
dicatat di Injil Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus.
Diasumsikan bahwa pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat
dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes karena Yohanes mencatat pernyataan
Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan yang penting dari
Yohanes.
Teologi Yohanes
berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melaui kedatangan
Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang menjadi
manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah
yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes
memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh.
1:1-18), dimana didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui
Sang Putra dan juga menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang
itu.
Introduksi Teologi Yohanes
1.
Penulis Injil Yohanes
a. Penulis
1) Bukti
Eksternal: Irenaeus, Tertullianus, Origen menunjuk rasul Yohanes sebagai penulis.
2) Bukti Internal:
Tradisi
mendukung rasul Yohanmes sebagai penulis, karena penulis adalah seorang Yahudi,
saksi mata Tuhan Yesus, dan ia menyebut dirinya sendiri murid “yang dikasihi
Yesus”.
b. Penulisan:
1) Sangat mungkin bahwa peristiwa tahun 70 A.D. sudah
lewat bahkan agak lama, oleh sebab itu tidak disinggung lagi dalam sejarah
Yahudi dalam tulisannya.
2) Manuscript P-52, sebuah pragmen yang
berisi Injil Yohanes diberi penanggalan 125 A.D.;tetapi ini buku autographa
tetapi apografa.
3) Kemungkinan Injil ini ditulis pada akhir abad 1 dan
tentunya sebelum pembuangan ke pulau Patmos, berarti antar tahun 90-95 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Ia menulis
kepada orang-orang Kristen secara umum di Asia kecil dari Efesus
d. Tujuan Injil Yohanes:
Untuk
menginjili memulai menunjukan bahwa Kristus adalah Anak Allah, dan bahwa
melalui iamn didalam Dia kita memperoleh hidup kekal (20:31;3:36).
e. Thema Injil Yohanes
“Krisus adalah
Anak Allah dan Firman Allah yang Menjadi Manusia”.
f. Karakteristik Injil Yohanes:
1) Yohanes banyak mencatat tanda-tanda mujizat (2:11)
2) Ia mencatat banyak pasangan kata P.L. ‘AKU ADALAH AKU’
(eyeh asyer eyeh) dalam bentuk Yunani ‘ego eimi’; Terang dunia; pintu;
gembala yang baik; kebangkitan dan hidup; jalan dan kebenaran dan hidup;pokok
anggur yang benar.
Banyak
berisikan detail-detail thological khususnya tentang pribadi dan karia
inkarnasi allah dalam Kreistus.
2. Penulis I Yohanes
a. Penulis
1). Bukti
Eksternal:
Policarpus, Papias, Origen menyatakan Yohanes adalah
penulisnya.
2). Bukti Internal:
Ada banyak
istilah theology maupun kata-kata yang sama dengan Injil Yohanes (1:1 band.
Yoh. 1). Penulis saksi mata Kristus (1:1)
b. Waktu Penulisan :
Surat ini dan
ulisan-tulisan Yohanes yang lain berkisar antara tahun 85-98 A.D.; yaitu pada
akhir pelayanannya menjadi gembala di Efesus
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Dikirim dari
Efesus dan ditujukan kepada jemaat Asia kecil.
d. Tujuan Penulis:
Menasehati
orang percaya agar hidup atau berjalan sesuai dengan Injil Keselamatan dan
menentang ajaran sesat yaiu, ‘gnostik’.
e. Thema I Yohanes: “Nyata di dalam Kristus”.
f. Karakteristik I Yohanes:
Memberikan
gambaran ajaran sesat abad 1.
Johannine Comma (5:7-8) adalah
otentik karena argumentasi grammatical & theological-nya sesuai
dengan Injil Yohanes.
3. Penulis II Yohanes
a. Penulis
1) Bukti
Eksternal:
Yohanes diakui
sebagai penulis oleh Irenaeus, Origen, dan Cyprianus.
2) Bukti
Internal:
“Seorang penatua”
(1:1), bukan rasul lain, berarti Yohanes.
b. Waktu
Penulisan :
Diperkirakan
antara tahun 85-98 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang
Dituju
Dari Efesus
kepada ‘Ibu Terpilih’ – kemungkinan jemaat lokal.
d. Tujuan II Yohanes:
Memberikan
petunjuk theologis untuk menilai ajaran sesat yang mulai berkembang.
e. Thema II Yohanes:
“Berjalan dalam
kebenaran.”
f.
Karakteristik II Yohanes:
i. Menekankan
kasih persaudaraan
ii. Kepercayaan dalam inkarnasi Kristus adalah
dasar untuk Kekristenan
fundamental.
4. Penulis III Yohanes:
a. Penulis
i. Bukti Eksternal:Irenaeus, Dionysius, Cypryanus
menunjukan kepada Yohanes.
ii. Bukti Internal:Sama dengan I & II Yohanes
b. Waktu Penulisan:
Kurang lebih
sama dengan 1&2 Yohanes
c. Alamat
Pengirim dan yang Dituju:
Ditulis dari
Efesus dan ditujukan kepada Gayus
d. Tujuan III
Yohanes:
Menghadapi
Diotrefes (1:9) yang mau menguasai jemaat.
e. Karakteristik III Yohanes:
Pembuat
kejahatan dalam jemaat-jemaat lokal ‘tidak pernah melihat Allah’ (1:1).
Aku telah
menulis’ (1:9) bisa jadi surat II Yohanes atau surat lain yang hilang.
5. Penulis
Kitab Wahyu:
a. Penulisan
i. Bukti
Eksternal:Old Latin Version, kanon Muratorian, Tertullianus, Origen
mengakui Yohanes sebagai penulis.
ii. Bukti Internal:Penulis
adalah Yohanes (1:1,4,9;21:2;22:8).
b. Waktu penulisan:
Kitab terakhir
dalam kanon Alkitab, ditulis kira-kira tahun 95-98 (Why.22:18,19).
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Yohanes menulis dari pulau Patmos kepada tujuh jemaat di
Asia Kecil.
d. Tujuan Penulisan:
Menunjukkan
hal-hal yang akan terjadi berhubungan dengan Israel, jemaat dan dunia.
e. Thema Wahyu:
“Penyingkapan Masa Lalu, Sekarang dan
Yang Akan Datang” (1:19).
f. Karakteristik Wahyu:
i. Terlihat sekali hal yang dilihat Yohanes itu sulit
dilukiskan dengan bahasa manusia.
ii. Sering
memakai bilangan tujuh.
iii. Outline
kitab ini ada pada 1:19, yaitu yang terjadi sekarang (meta tauta) dengan
4:1 ‘sesudah sekarang’ (meta tauta).
iv.
Pendekatan-pendekatan yang berbeda terhadap interpretasi adalah pandangan preterist,
idealist, historicist, dan futurist
Lembaran Tugas
Mata Kuliah Teologia Perjanjian Baru
TUGAS MATA KULIAH:
- Diskusi & Pertanyaan: Kerjakan “Diskusi & Pertanyaan” untuk modul di bawah ini.
- Resensi: Buatlah Ringkasan dan Resensi Buku atas buku lain yang berhubungan dengan Teologia Perjanjian Baru. (Diketik minimum 4 halaman kwarto)
- Paper: Buatlah karya kecil yang berjudul: Perbandingan Doktrin Keselamatan Paulus dengan Doktrin Keselamatan Yakobus (Diketik 15 halaman ukuran kwarto)
Jawablah Diskusi & Pertanyaan dibawah ini
1. Apa yang menjadi definisi dari Teologia Biblika.
Jelaskan!
2. Bagaimana relasi Teologia Biblika dengan disiplin ilmu
lain dalam bidang Teologia. Jelaskan!
3. Tuliskanlah apa yang menjadi persamaan dan perbedaan
antara Teologia Biblika dengan Teologia Sistematika.
4. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan suatu metodologi Teologia
Perjanjian Baru. Sebutkan dan jelaskan!
5. Apa yang
menjadi persoalan utama dalam Sinoptik Problem. Jelaskan!
6. Ada beberapa
teori dan kritik awal terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan!
7. Ada beberapa
teori dan kritik modern terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan.!
8. Injil
Sinoptik secara jelas mencatat beberapa atribut Allah. Sebutkan!
9. Apa yang
menjadi tujuan teologis dari Injil Matius. Sebutkan!
10. Apa yang
menjadi tujuan teologis Injil Markus. Sebutkan!
11. Apa yang
menjadi tujuan Teologis dari Injil Lukas. Sebutkan!
12. Ada tiga
fakta Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus benar-benar lahir dari Anak Dara.
Sebutkan !
13. Berikanlah
empat alasan yang mendukung Kemanusiaan Yesus Kristus menurut Teologia Injil
Sinoptik.!
14. Apa yang
anda ketahui tentang doktrin Roh Kudus menurut Injil Sinoptik. Jelaskan!
15. Apa yang anda
ketahui tentang doktrin Akhir Zaman Injil Sinoptik. Jelaskan!
16. Apa yang
anda ketahui tentang doktrin tentang Allah kita Kisah Para Rasul. Jelaskan!
17. Ada
beberapa tema yang berkaitan dengan kebangkitan Kristus yang ditekankan dalam
Kisah Para Rasul. Sebutkan!
18. Ada empat
hal yang ditekankan oleh penulis Kisah Para Rasul tentang doktrin Kesalamatan.
Sebutkan!
19. Bagaimana
pendekatan yang dilakukan oleh Paulus dan Yakobus terhadap Hukum Taurat.
20. Bagaimana
pandangan Teologia Yakobus tentang doktrin manusia dan dosa. Jelaskan!
21. Sebutkan beberapa dasar utama bagi kesatuan teologi
PB.
22. Jelaskan makna Teologis dari ketidakberdosaan Yesus
dalam teologi Yohanes.
23. Jelaskan makna dari definisi PB secara Teologis.
24. Bagaimana hubungan antara latar belakang PB dan
Teologi PB.
25. Bagaimana konsep “Allah” dalam teologi PB
dibandingkan dengan teologi PL.
26. Bagaimana konsep “manusia” dalam hubungannya dengan
Allah, didalam Teologi PB dibandingkan dengan Teologi PL.
27. Bagaimana pandangan teologia Paulus tentang hal-hal
terakhir yang berhubungan dengan Gereja, Israel dan dunia. Jelaskan!
28. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai
Teologia Yudas tentang Keselamatan.
29. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui tentang
pendamaian menurut Teologia Yohanes.
30. Jelaskan mengapa ada keunikan yang besar anatara
Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.
31. Bagaimanakah konsep “hukum” dalam Teologi PB,
dibandingkan dengan Teologi PL.
32. Jelaskan masalah Inspirasi Alkitab dalam Teologi
Paulus, terutama dalam kitab Timotius.
33. Kelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai
Teologia Petrus tentang Kristologi.
34. Bagaimana pandangan penulis Ibrani tentang pribadi
Allah. Jelaskan!
35. Bagaimana pandangan Yohanes tentang hal-hal yang
terakhir. Jelaskan!
Selamat bekerja
[1] S.O. Aitonam, “Pengantar Keragaman
Metoda Tafsir” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh
M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 8.
[2] Martin Harun, “Penelitian Sumber”
Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh M.K. Sembiring
(Jakarta: LAI,1998),hal. 12.
[4] R. Rajagukguk, “Apa Itu Penelitian
Bentuk” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh M.K. Sembiring
(Jakarta: LAI,1998),hal. 33
Thank you for the writing.
BalasHapus