Jumat, 09 Mei 2014

TEOLOGI (BIBLIKA) PERJANJIAN BARU


TEOLOGI (BIBLIKA) PERJANJIAN BARU

A. Defenisi
Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang secara sistematis mempelajari perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan  di Alkitab.
Teologi PB difokuskan kepada tulisan-tulisan PB. Namun sekalipun demikian tulisan PB tidak terlepas dari kaitan dengan tulisan-tulisan lainnya di dalam PL. Sebab secara sepintas tulisan PB memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara PL dan PB. PB tidak mungkin dimengerti dengan benar apabila mengabaikan PL. Banyaknya kutipan PL dalam PB menunjukkan betapa besarnya arti dari kesinambungan yang menghubungkan zaman kekristenan dengan zaman PL. tema janji dan penggenapannya menjalin hubungan diantara keduanya, bahkan Kitab Suci yang dipakai oleh jemaat mula-mula adalah PL. ini meunjukkan bahwa pengkotbah mula-mula menyampaikan penguraian mereka berdasarkan PL. Sekalipun kutipan-kutipan PL itu penting namun  bukan merupakan kontribusi utama dari dari penelitian PL untuk teologi PB, yang lebih penting ialah pengaruh PL yang mewarnai gagasan-gagasan, yang diambil alih serta diberi makna yang baru olah penulis-penulis PB, dengan memahami Pl maka kita akan semakin memahami makna yang ada dalam teologi PB.

Beberapa unsur penting yang berkaitan dengan defenisi Teologi Biblika :
1.   Sistematisasi
Teologi biblika menyelidiki periode sejarah dimana Allah telah menyatakan Diri-Nya, atau penekanan doktrinal dari penulis-penulis Alkitab yang berbeda dan kemudian ditulis secara sistematis.
Teologi sistematik mengasimilasikan kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar kitab suci, dalam proses mensistemasikan doktrin-doktrin Alkitab.
Teologi biblika lebih terfokus pada pada periode sejarah yang dinyatakan di PL atau tentang pengajaran tertentu dari penulis Alkitab.

2.   Sejarah
Teologi Biblika menaruh perhatian pada peristiwa penting dalam sejarah yang menyatakan doktrin-doktrin Alkitab. Contohnya: Apa yang dipelajari dari era PL tentang pewahyuan? Bagaimana situasi pada waktu penulisan Matius dan Yohanes? Apa situasi dan kondisi pembaca dari surat Ibrani ?. pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan hal yang penting menemukan penekanan doktrinal.

3.   Progres dari Wahyu
Teologi Biblika menelusuri wahyu yang progresif dan melihat bagaimana penyataan Allah mengenai diri-Nya dinyatakan dalam era tertentu atau melalui penulis tertentu. Bukan seperti doktrin ortodoksi yang dipegang oleh kaum evangelikal menyatakan bahwa kepercayaan mengenai wahyu yang bersifat progresif adalah Allah tidak menyatakan semua kebenaran tentang diri-Nya sekaligus, melainkan sebagian demi sebagian kepada orang yang berbeda disepanjang sejarah (Ibr. 1:1).
Contoh: penyataan Allah tentang diri-Nya kepada Nuh dan Abraham tidaklah seprogresif penyataan kepada Yesaya, begitupun dengan Yakobus merefleksikan pandangan yang lebih primitif tentang gereja dibandingkan buku-buku yang ditulis lainnya ataupun dalam surat-surat pastoral.

4.   Natur yang Alkitabiah
Berlawanan dengan teologi sistematik, yang mengambil informasi tentang Allah dari berbagai sumber. Teologi Biblika mengambil informasi hanya dari Alkitab dan informasi sejarah yang ada di Alkitab).



B. Hubungan dengan displin ilmu lain:
1. Studi eksegetikal; Teologi biblika memiliki hubungan langsung dengan eksegesis (menjelaskan/menafsirkan). Teologi merupakan hasil dari eksegesis. Eksegesis berdasar pada teologi biblika. Eksegesis bertugas untuk menganalisa teks alkitab menurut metode literal-gramatikal-historical.
·         Bagian yang dipelajari harus dipelajari menurut arti yang umum dari suatu bahasa, bagaimana kata atau kalimat tersebut pada umumnya dimengerti
·         Menurut aturan tata bahasa; eksegesis menuntut penelitian dari kata benda, kata kerja, kata depan dll, untuk mendapatkan pengertian yang tepat dari dari bagian tersebut.
·         Dipelajari sesuai dengan konteks historisnya. Menganalisa teks dengan tepat untuk mendapatkan pengertian yang benar dari apa yang ditulis.


2. Studi latar belakang penulisan; latar belakang penulisan menentukan isu-isu seprti penulis, tanggal penulisan, tujuan penulisan dan situasi kondisi. Misalnya pandangan teologi Matius harus dimengerti dari sudut bahwa ia menulis kepada orang Yahudi.

3.  Studi teologi sistematik; ada persamaan dan perbedaan antara teologi biblika dan sistematik. Keduanya berakar dari analisa kitab suci, namun demikian teologi sistematik juga berusaha mendapatkan kebenaran dari sumber2 diluar Alkitab.. perbedaan yang dapat dilihat dari kedua teologi ini adalah:
-  TB merupakan awal dari TS; eksegesis memimpin kepada teologi biblika yang kemudian memimpin kepada teologi sistematik
- TB berusaha untuk menentukan apa yg dimaksudkan oleh penulis Alkitab berkaitan dengan isu2 teologi, sedangkan teologi sistematik menjelaskan mengapa sesuatu itu benar dengan menambahkan pandangan secara filosofi
- Teologi Biblika memberikan pandangan penulis Alkitab, sedangkan teologi sistematik memberikan diskusi doctrinal dari sudut pandang masa kini.
-  TB menganalisa materi dari penulis tertentu atau dari periode sejarah tertentu, sedangkan teologi sistematik meneliti semua materi baik dari Alkitab maupun dari luar Alkitab yang berkaitan dengan doktrin tertentu.



Kontras antara Teologi Biblika dan Teologi Sistematika
Teologi Biblika
Teologi Sistematika
Membatasi studinya hanya pada kitab suci
Mencari kebenaran dari Kitab Suci dan sumber lain di luar Alkitab
Mempelajari bagian-bagian dari Kitab suci
Mempelajari keseluruhan Kitab Suci
Menyusun suatu informasi tentang suatu doktrin dari satu penulis tertentu atau era tertentu
Menyusun suatu informasi tentang suatu doktrin dengan mengkorelasikan semua Kitab Suci
Berusaha untuk mengerti mengapa atau bagaimana suatu doktrin berkembang
Berusaha untuk mengerti apa yang tertulis pada akhirnya
Berusaha untuk mengerti proses dan hasil dari produk itu
Berusaha untuk mengerti hasil produk itu
Melihat progress dari wahyu dalam era yang berbeda
Melihat kulminasi dari wahyu Allah


C. Kepentingan Teologi Biblika
1.  Memperlihatkan Perkembangan sejarah Doktrin; TB penting dalam pencegahan
     mempelajari doktrin terlepas dari konteks sejarahnya.
2. Memperlihatkan Penekanan dari penulis; TB menyatakan pengajaran doctrinal dari penulis tertentu atau selama periode tertentu. Dalam pengertian tersebut, teologi biblika mensistematiskan kitab suci berdasarkan penulis atau periode tertentu.
3. Memperlihatkan unsur manusiawi dari inspirasi; TB menekankan factor
    manusiawi dalam penulisan Kitab suci (namun tidak mengabaikan inspirasi). Ia menunjukkan latar belakang individu, interes dan gaya dari penulis2.                    TB menekankan bahwa para penulislah yang telah menyususn firman Tuhan, dan tentu saja, menyusun dan menulisnya di bawah pengawasan ilahi.

D.  Metodologi
Dalam mengikuti Teologi PB, sebagian mengikuti garis umum dari teologis sistematik, namun demikian metodologi itu tidak cukup untuk menyatakan penekanan dari masing-masing penulis. Kelihatannya yang paling baik adalah menyusun teologi PB dengan menganalisa penulisan masing-masing penulis PB yang merefleksikan apa yang setiap penulis katakana tentang suatu subyek. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam perkembangan suatu metodologi:
1. Pewahyuan adalah progresif; berkulminasi dalam wahyu yang berkaitan dengan Kristus. Teologi Penjanjian Baru harus berusaha menggambarkan kulminasi doktrin2 berkaitan dengan Kristus dan penebusan.
2. Penekanan dari PB berpuncak pada kepercayaan kematian dan kebangkitan Kristus dan pengharapan akan kedatangan yang kedua kali.. teologi PB harus berfokus pada doktrin2 ini yang bersal dari berbagai penulis PB.

3. Teologi PB harus mengakui bahwa pengajaran Yesus dan pengajaran dari penulis PB lainnya adalah merupakan satu kesatuan dan harmonis.
4. Keragaman tulisan-tulisan PB tidak menyebabkan kontradiksi, tetapi berasal dari asal mula ilahi PB
5. Teologi PB harus mengaplikasikan metode analitik (tetapi tidak mengesampingkan metode tematik) karena metode itu dengan baik merefleksikan keragaman dari PB.

E. Keunikan Perjanjian Baru
1.      Kesaksian tentang sejarah Keselamatan
2.       







































BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI PERJANJIAN BARU


A.  Sejarah
            Teologi PB baru diminati sekitar dua abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatic, formulasi doktrin dari gereja. Dan sistematik, yang seringkali merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu ceramah di 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang metodologi teologi dogmatic, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya. Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti PB. Alkitab dipandang sebagai buku hasil karya manusia, baik dalam prosses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-masing penulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi Kitab Suci dan memandang PB sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk studi PB adalah sudut pandang kritikal. Oleh sebab itu maka banyak keragaman opini. Sebagaian melihat adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan yang lain dalam PB,l baik dari segi sejarah, latar belakang, suatu sintesa atau kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para penulisnya. Akan tetapi kalangan konservatif dalam mempelajari PB biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis dari para penulis PB.
Pelopor mula-mula dalam studi teologi PB adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860) ia adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan PB. Jadi baur menemukan pertentangan antara penekanan yahudi dari tulisan Petrus dan penekanan non-Yahudi dari Tulisan Paulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan pemikiran itu, menyangkal ide apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan menyodorkan teologi konflik dalam PB.
Wilhelm Wrede (1859-1906) mempengaruhi teologi PB cukup besar dengan penekanan pada pendekatan sejarah agama. Ia menyangkali bahwa PB merupakan satu dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa PB harus dilihat sebagai suatu sejarahdari abad pertama. Teologi seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama merupakan istilah yang lebih baik untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan PB karena mengekspresikan “kepercayaan, pengharapan, kecintaan” para penulis daripada hanya merupakan “suatu catatan refleksi teologis yang abstrak.”
Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada PB dan berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan bahwa PB telah dicampuri oleh opini2 dan penafsiran kembali pada penulis. Tugas sekarang adalah meliputi suatu “demitologisasi” dari PB, yaitu untuk melucuti pengaruh penulis PB dan tiba pada kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus kepercayaaan.


Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai keselamatan manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau “sejarah keselamatan.” Culman banyak menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis PB dengan penekanan pada Kristologi PB.










































BAB III
TEOLOGI SINOPTIK

Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, adalah penting untuk mengerti sudut pandang dari para penulis. Kepada siapa Matius, Markus, Lukas menulis? Apa tema-tema yang mereka tekankan? Apa penekanan khusus dari para penulis? Itu merupakan pertanyaan yang penting dalam nature teologi biblika, yang menentukan apa penekanan teologis dan keprihatinan yang dikembangkan oleh masing-masing penulis. Nature dari teologi biblika itu terletak secara khusus pada keprihatinan dari penulis manusia (tanpa mengabaikan atau mengesampingkan fakta inspirasi ilahi).
Hal-hal pendahuluan seperti penulis, waktu penulisan, pembaca dan tujuan dilibatkan dalam mendirikan penekanan dari masing-masing penulis.

A.  Problem Sinoptik
Diantara keempat kitab Injil yang ditulis dalam PB, Injil Matius, Markus, dan Lukas hampir memiliki pola yang sama, sehingga ketiga Injil ini hampir nampak sama. Perbedaan yang terlihat hanyalah bahwa kitab Markus ditulis dengan ringkas, padat dan jelas, sedangkan Matius menulis Injil Matius dengan agak panjang dan mengelompokkan pokok-pokok yang sama, sementara Lukas menulis dengan agak panjang dan sangat berurutan. Adanya satu pola dalam ketiga Injil tersebut terlihat dalam kesamaan urutan cerita tentang Yesus, mulai dari kelahiran hingga kematianNya, oleh sebab itu ketiga Injil ini sering disebut sebagai Injil Sinoptik. Istilah Sinoptik berasal dari kata Yunani sunaptikos,” melihat sesuatu bersama-sama”, dan itu merupakan karakteristik dari ketiga Injil ini.

1. Teori Kritik Awal terhadap Injil Sinoptik
Kesamaan yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut akhirnya membuat banyak sarjana Liberal bertanya, apakah diantara penulis ketiga Injil itu terjadi saling mengutip antara yang satu dengan yang lain. Mereka akhirnya memulai suatu penyelidikan terhadap ketika Injil ini dengan asumsi dasar mereka bahwa ketiga Injil ini juga sama dengan buku-buku yang lain, dan lebih mementingkan rasio manusia mereka yang juga dipengaruhi oleh filsafat modern. Akhirnya mereka melahirkan beberapa teori tentang problem injil sinoptik ini.
a. Teori Tradisi Lisan
Teori ini berpendapat bahwa sebelum kitab-kitab Injil ditulis, sumber untuk berkotbah dan mengajar, dan meneguhkan orang dalam gereja ialah tradisi tentang Yesus yang dipertahankan secara lisan, atau dalam kumpulan kecil yang dapat dikembangkan. Ketika kitab-kitab Injil sudah beredar, maka gereja tidak lagi perlu berpegang pada tradisi yang berubah-ubah ini, melainkan pada bentuk-bentuk tulisan yang berbentuk kitab yang merupakan catatan materi yang tua. Tradisi lisan ini tetap terpelihara bukan karena upaya yang sistematis dengan maksud yang berhubungan dengan jaman kuno itu, melainkan karena tuntutan atau kepentingan jaman dari komunitas itu. Dalam layanan seperti itu, maka fungsinya sebagai tradisi lisan akan tetap bertahan selama kepentingan praktis itu tetap aktif.

b. Teori Injil Saling Bergantung
Teori ini mengajarkan bahwa penulis pertama mengambil bahan dari tradisi lisan, kemudian penulis kedua menggunakan materi yang telah ditulis oleh penulis pertama, dan ketiga mengambil bahan dari kedua penulis sebelumnya. Mengingat bahwa dahulu orang tidak terikat pada undang-undang hak cipta maka orang secara bebas memanfaatkan dokumen yang tertulis sesuka hati mereka. Teori ini dicetuskan oleh Griesbach pada tahun 1789.

c. Teori Injil Primitif
Teori ini mencetuskan bahwa sebelumnya ada Injil primitif yang disebut Urevangelium yang sudah tidak ada lagi dan penulis –penulis Injil meminjam bahan dari Injil tersebut.

d. Teori Fragmen
Teori ini mengajarkan bahwa penulis-penulis Injil menyusun catatan mereka dari tulisan-tulisan di fragmen tentang kehidupan Kristus. Wellhausen, seperti dikutip oleh Bultman, menambahkan bahwa “tradisi yang paling tua hampir seluruhnya terdiri dari fragmen-fragmen kecil (ucapan maupun perkataan Yesus), dan tidak menyajikan cerita yang bekesinambungan mengenai perbuatan Yesus atau kumpulan lengkap berisi ucapan-ucapan-Nya. Ketika disatukan, fragmen-fragmen tersebut dihubung-hubungkan sehingga membentuk satu kisah yang berkesinambungan.”

e. Teori Dua Dokumen
Teori ini mengajarkan bahwa Kitab Matius dan Lukas mengambil bahan yang sama dari Markus, dan kitab Markus merupakan Injil yang ditulis paling awal. Disimpulkan bahwa kitab Matius menggunakan 90% kitab Markus dan Lukas menggunakan 50%. Namun karena Matius dan Lukas memiliki cukup materi yang sama tetapi tidak terdapat dalam Markus maka mereka pasti memiliki satu sumber lain yang sama. Bahan yang dimiliki bersama oleh Lukas dan Matius tetapi bukan dari Markus ini lazimnya disebut bahan “Q”. Simbol “Q” ini merupakan sandi untuk kata Jerman Redenquelle yang berarti “sumber sabda-sabda”. Q dipercayai sebagai sebuah koleksi sabda Yesus yang sudah tersedia secara tertulis dalam bahasa Yunani. Sumber Q ini tidak memiliki kisah masa kanak-kanak dan kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Dan mereka juga berpendapat bahwa sumber Q tersebut tidak ada salinannya tetapi hanya merupakan sebuah hipotesis belaka.

f. Teori Empat Dokumen
Teori ini menyebutkan bahwa Markus merupakan Injil pertama yang ditulis dan bahwa Matius dan Lukas menggunakan baik Markus dan Q secara independen, lazimnya disebut “hipotesis dua sumber”. Namun disamping itu mereka juga memberi tempat bahwa ada sumber-sumber khusus yang lain yang digunakan oleh Matius dan Lukas, yaitu bahan-bahan tradisi yang hanya dikenal dan dipakai oleh salah satu dari mereka. Bahan-bahan khas ini lazimnya diberi tanda “L” dan “M”. “M” merupakan “kata-kata” pribadi sumber dari Matius yang ditulis sekitar tahun 65 Masehi dan “L” sumber pribadi Lukas ditulis di Kaisarea sekitar tahun 60 Masehi, sedangkan “Q” ditulis di Antiokhia sekitar tahun 50 Masehi dan Markus ditulis di Roma sekitar tahun 60 Masehi.

2. Perkembangan Kritik Modern
Kritik tehadap Alkitab terus mengalami perkembangan. Sarjana-sarjana Liberal terus berusaha menggali dan mengembangkan pemahaman mereka dalam mengkritik Alkitab. Seiring dengan itu mereka akhirnya memunculkan kritik-kritik yang terus diperbaharui dengan konsep rasio mereka dan mengabaikan Alkitab sebagai firman Allah. Dalam masalah Problem Injil sinoptik mereka juga menggulirkan berbagai teori kritik yang lebih modern.
a. Kritik Historis
Kritik ini mengalami kejayaan sekitar tahun 1950-an. Para teolog kritik historis berusaha menyelidiki latar belakang kitab-kitab Injil yang ditulis oleh murid-murid Yesus. Perbedaan-perbedaan didalamnya diekspos sedemikian rupa untuk membuktikan bahwa tulisan Injil merupakan tafsir ulang penulis Injil, bahkan lebih jauh mereka menyimpulkan bahwa Injil itu bukan hanya sekedar tafsir ulang tetapi juga merupakan ungkapan iman penulis dan bukan peristiwa historis. Pendekatan yang mereka lakukan dikenal dengan teori Linguistik Modern, suatu displin ilmu dengan prinsip-prinsip; (a) mengutamakan pendekatan terhadap teks secara “sinkronik” dan bukan secara “diakronik”, (b) Menekankan unsur-unsur ujaran daripada bentuk tertulis suatu bahasa, dan (c) pemahaman terhadap bahasa sebagai suatu sistem yang terstruktur.
Pendekatan ini akhirnya membuat Alkitab sama dengan buku-buku lain. Mereka mencatat dalam keragaman dalam catatan yang pararel, meneliti materi sejarah yang sekuler, dan mencatat peristiwa sejarah yang terjadi dan berusaha menjelaskan kejadian supranatural dengan penjelasan peristiwa secara alamiah dan cerita-cerita yang dibuat oleh gereja mula-mula. Dampak negatif yang terlihat jelas dari kritik ini adalah sehubungan dengan masalah Kristologi. Mereka menyatakan bahwa Yesus yang ada dalam Alkitab bukanlah Yesus yang sejarah, tetapi Yesus kepercayaan dari para penulis Injil dan orang Kristen zaman tersebut.

b. Kritik Sumber
Kritik sumber berusaha untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan Injil Sinoptik dan mengidentifikasi hubungannya dengan Injil-Injil itu. Didalam penentuan sumber-sumber itu setidaknya mereka mempunyai beberapa pertanyaan dasar. (1) Apakah dokumen yang sedang dipelajari itu menunjukkan adanya sumber? (2) Apa yang dikatakan sumber tersebut? (3) Apa yang dilakukan pengarang dengan sumber tersebut? (menyalin? Mengubah? Atau salah paham?). Menentukan adanya sebuah sumber, menetapkan isi dan makna sumber itu, dan bagaimana sumber itu dipakai, merupakan tiga pokok penelitian sumber
Adanya sumber-sumber mereka tentukan juga bila mereka melihat ayat tertentu membuat alur pemikiran atau gaya bahasa yang berbeda dari konteksnya, walaupun tidak ada petunjuk eksplisit. Kesepakatan perkataan juga mengusulkan adanya suatu sumber yang sama, yang mendasarinya. Penganut Kritik sumber mengusulkan penulis-penulis menggunakan suatu sumber yang sama, yang mereka ikuti tetapi mereka merasa, mereka memiliki kebebasan untuk menambah rincian dan “tidak khawatir akan ketepatan dalam rincian historis.” Problem dari kritik sumber ini ada dua segi: kritik ini cendrung mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan mengakui adanya salah; kritik ini dibangun atas hubungan tanpa adanya bukti yang bisa diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari semua itu

c. Kritik Bentuk
Kritik bentuk tidak terlepas dari kritik Wellhausen terhadap Perjanjian Baru, ia mengemukakan (1) Sumber asli dari bahan-bahan yang ada didalam Injil adalah tradisi lisan yang beredar dalam unit-unit terkecil (2) Bahan-bahan asli tersebut sudah digabung dan diedit dalam berbagai cara, langkah atau tingkatan (hanya satu bagian saja yang dilakukan oleh penulis Injil PB itu sendiri (3) Bahan-bahan yang ada di dalam tradisi itumemberikan informasi kepada kita tentang kepercayaan dan situasi gereja mula-mula dan pelayanan Yesus.
Kritik ini akhirnya dikembangkan oleh Bultman, ia menganggap bahwa Injil sinoptik sebagai “literatur rakyat.” Mereka menyimpulkan bahwa Injil-injil sekarang ini bukanlah merupakan karya yang utuh sejak semula, melainkan adalah kumpulan materi atau bahan yang akhirnya dipilih atau disusun oleh para penulis injil PB. Mereka umumnya memeluk bahwa buku Injil yang tertua adalah Markus. Markus menulis satu karya tulis berbentuk “Injil”, dikemudian hari Matius dan Lukas mengikuti dan menggunakan bahan yang ada didalam Injil Markus.
Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa bahan-bahan yang kita miliki sekarang didalam kitab-kitab Injil, sebenarnya mempunyai sejarah penggunaannya dalam gereja, yang dipelihara dan diwariskan dalam bentuk tradisi lisan. Bahan-bahan itu digunakan didalam gereja secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, sesuai dengan fungsi atau penggunaannya masing-masing dalam kehidupan dan ibadah gereja. Masing-masing tradisi dapat dianalisa secara sendiri-sendiri. Setiap bentuk digunakan untuk tujuan tertentu pula sesuai dengan situasi konkrit dalam kehidupan gereja mula-mula. Oleh sebab itu maka disimpulkan bahwa kebanyakan Injil-Injil itu tidak berisi data historis tetapi bumbu gereja mula-mula. Sebab jika dianalisa maka ternyata bentuk dan bahan-bahan yang ada dan dipelihara dalam gereja mula-mula itu sudah dipengaruhi oleh iman teologia gereja sesuai dengan situasi dan keadaan kehidupan gereja waktu itu
Dalam sebuah wawancara tidak resmi, Robert Mounce meringkas prosedur penelitian bentuk sastra sebagai berikut:
“Pertama, peneliti bentuk sastra mencatat berbagai jenis bentuk sastra, yang dipakai untuk mengelompokkan cerita-cerita Alkitab. Kemudian dia berusaha untuk memastikan Sitz im Leben (situasi dalam kehidupan) dari gereja mula-mula yang biasa menjelaskan perkembangan masing-masing perikop yang termasuk dalam ketegori-kategori di atas. Apakah rasa takut itu terhadap penganiayaan? Apakah itu gerakan dari gereja orang-orang bukan-Yahudi yang berltar Yahudi? Apakah itu ajaran sesat? Dan sebagainya. Setelah menentukan Sitz im Leben, orang dapat menjelasakan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengelupas lapisan-lapisan yang telah ditambahkan pada ucapan-ucapan Yesus. Hasilnya ialah ucapan-ucapan dalam Kitab-kitab Injil, kembali kepada keadaan mereka yang asli atau murni.”
Penelitian bentuk ini terutama berasal dari Jerman pada tahun-tahun berakhirnya perang dunia pertama. Penelitian dari bentuk sastra Injil-injil Sinoptik ini tampak sebagai metode yang jelas dalam karya-karay L. Schmidt (1919), M. Dibbelius (1919), dan R. Bultmann (1921).

d. Kritik Redaksi
Kritik Redaksi berkembang setelah sesudah dan berdasarkan kritik bentuk. Selain itu kritik redaksi, yang memberi perhatian kepada seluruh Alkitab, juga menyiapkan sarana bagi lahirnya kritik naratif. Josh McDowel sehubungan dengan masalah ini menjelaskan:
“Metode Kritik Redaksi ini menambahkan sebuah dimensi baru terhadap penelitian Perjanjian Baru, yaitu mengenai Sitz-im-leben (kedudukan dalam kehidupan) dari sang pengarang. Para penulis kitab-kitab Injil tidak hanya dianggap sebagai orang yang menghimpun bentuk-bentuk yang berbeda, melainkan mereka sendiri adalah pengarang. Mereka adalah seperti orang-orang yang secara cermat telah menggubah simfoni sastra dengan memakai “bentuk” Injil yang dipelopori oleh penulis Injil Markus. Para penulis Injil dianggap sebagai para penggubah atau redaktor yang terutama menyatukan (menghimpun) karya teologis dan karya sastra, bukan karya sejarah. Penelitian redaksi berusaha menetapkan sudut pandang teologis dari sang penulis Injil. Para peneliti ingin mengetahui sumber-sumber atau catatan mana yang dipilih oleh penulis Injil, apa alasannya, serta dimana bagian tersebut cocok dengan catatannya secara khusus (dikenal sebagai kelim-kelim). Para peneliti ingin menemukan “perekat” teologis yang digunakan para pengarang untuk menyusun Kitab-kitab Injil mereka.”
Terlihat jelas bahwa kritik redaksi menempatkan penulis Injil bukan hanya sejarahwan menurut mereka tetapi juga menjadi seorang teolog dalam memodifikasi dan membumbui tradisi historis. Penulis dapat kreatif, menambah dan membumbui tradisi historis bahkan dapat keluar dari peristiwa historis. Penganut Kritik redaksi menyebutkan beberapa cara kerja penulis Injil sebagai redaktur yaitu: (1) Mengaitkan bahan-bahan tertentu satu dengan yang lain (2) Menambahkan catatannya sendiri pada bahan tradisional (3) menyusun ceritanya dalam urutan tertentu (4) menanggapi atau menafsir bahan tradisional.Didalam penelitian redaksi ini, para peneliti seringkali memberi perhatian besar pada kekhususan kitab-kitab tersebut, seakan-akan tidak ada kesamaan sama sekali dalam hal isi dan amanatnya.





B. Introduksi Injil Sinoptik

I.    Matius
                                     
1. Penulis Injil Matius
a). Bukti External
1).  Judul kitab ‘Kata Matheon’ atau ‘According to Matthew’ (menurut Matius) terdapat dalam MSS (manuskrip) mula-mula (kira-kira 125 A.D.); mengapa keberatan-keberatan pada waktu itu sedikit diketahui oleh rasul?
2).  Kira-kira tahun 150 M Papias: “Matius menjelaskan ‘Logia’ dalam bahasa Ibrani dan setiap orang menafsirkannya sama seperti yang dapat ia (Matius) lakukan. “Kemungkinan besar Matius menulis dalam bahasa Aramik dan Yunani (tulisan asli yang diinspirasikan).
3). Origen (185-254 M), menyatakan bahwa Matius menyiapkan bahan ini untuk petobat-petobat Yahudi, dan diterbitkan dalam bahasa Ibrani.
4).  Irenaeus: “Sekarang Matius juga menerbitkan Kitab Injil diantara orang Ibrani dalam bahasa dialect mereka sendiri, yang mana petrus dan Paulus mengkotbahkan Injil itu di Roma dan jemaat yang didirikan.
b). Bukti Internal
1). Penulis tidak mengidentifikasi dirinya sendiri secara langsung.
2). Markus dan Lukas menyebutnya Matius dan Lewi (Markus 2:14); Matius menghapus nama Lewi, mengindikasikan bahwa Matius adalah penulisnya
3). Dalam perjamuan makan di rumah Matius, Markus menyebutnya ‘rumah orang itu’ (Markus 2:15) dan Lukas menyebutnya ‘di rumahnya sendiri’. (Lukas 5:29), sedangkan Matius menyebutnya ‘rumah Matius’ (Matius 9:10).
4). Ia menunjukan fikiran dan karakteristik dari seseorang pemungut cukai dalam Injilnya.
o Ia adalah satu-satunya penulis Injil yng mencatat tentang pembayaran pajak Bait Suci (17:24-27).
o Ia menggunakan ‘hapax legomena’ sebanyak tiga kali untuk termonologi moneter untuk uang upeti.
o Ia menunjukan tingkah laku dan karakteristik seseorang yang berprofesi sebagai pemungut cukai secara sistematis dalam Injilnya.
o Ia tertarik dengan jumlah (3:5).
             
c). Tradisi Gereja mula-mula.
Secara tradisi dari bukti-bukti ini Matius lebih cocok dari pada penulis lain. Matius ditekankan dalam Kis. 1:13, walaupun secara tradisi diakui bahwa ia menjadi misionari ke Etiopia dan Persia.

2. Tanggal penulisan
- Matius menulis kepada orang Yahudi atau awal-awal gereja untuk memenuhi
   kebutuhan dari orang-orang percaya Yahudi
- Tidak bisa dipastikan, tetapi ada alasan kuat beranggapan bahwa Matius menulis
   sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria.  
3. Alamat pengirim dan tujuan
a. Kemungkinan besar ditulis diAntiokhia – Palestina.
b. Ditujukan kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina (Yerusalem dan sekitarnya).

4. Maksud penulisan :
a. Meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
    dinubuatkan oleh nabi PL yang sudah lama dinantikan
b. Menunjukkan bahwa kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
    Kristus dengan cara yang belum terjadi sebelumnya
Introduksi: hampir semua orang Israel menolak dan tidak mau percaya Yesus dan kerajaan-Nya, karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani bukan yang politis     


5. Tema Injil Matius : “Yesus adalah Raja.”

6. Karakteristik Injil Matius
  1. Sangat bermotif ke-Yahudian: 33 kali menyebut ‘Kerajaan Sorga’ (hanya di Matius); 5 kali menyebut ‘Kerajaan Allah’; 9 kali menyebut ‘ Anak Daud’.
  2. Bentuk angka khusus — 3 kelompok silsilah, 3 pencobaan, 3 perintah (6:1-7:20),
3 oknum dalam Amanat Agung (28:19-20).
c.       Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan diuraikan secara teratur. Karena hal ini maka pada abad ke dua gereja sudah mempergunakan Injil untuk membina orang yang baru bertobat
d.      Matius menekankan :
-          Standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (Mat.. 5:1-7;29),
-          Kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan dan kematian
-          Kejayaan kerajaan dimasa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman
e.       Menyebutkan dan menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus (Mat. 16:18; 18:17)

7.  Lima Ajaran utama Yesus
  1. Kotbah di atas bukit (5:1-7:29)
  2. Pengutusan misi (9:35-10:42)
  3. Perumpamaan tentang Kerajaan (13:1 dst)
  4. Ucapan-ucapan Yesus (18:1-35)
  5. Peristiwa di bukit Zaitun (23:1-25:46)

 9. Lima Kisah utama Yesus
     a. Tanda Ajaib dan Mujizat --.> menegaskan realitas kerajaan (Ps. 8–9)
     b. Mempertunjukkan lebih lanjut tentang kerajaan (Ps. 11-12)
     c. Kerajaan yang menimbulkan bermacam-macam krisis (Ps. 14-17)
     d. Yesus di Yerusalem (19:1, 26:46)
     e. Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan, Yesus dibangkitkan (26:47-28:20)

10. Tujuan Teologis.
Matius menangkap pengharapan Mesianik dan ekspektasi orang yahudi. Ia memberikan petunjuk kepada pembacanya bahwa manusia Sejati, Anak Daud, benar telah datang. Sementara penulis lain meyajikan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, maka Matius yang menyajikan Dia untuk orang Yahudi.

Tujuan Injil Matius ada dua segi.
1). Membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang dikenal orang-orang Yahudi
      untuk raja Israel yang akan membawa keselamatan
2). Menyajikan kerajaan sesuai dengan rencana Allah

II. Injil Markus

a.      Penulis Injil Markus

1). Bukti External:
a). Papias mengatakan bahwa Markus menulis dari perkamen Petrus tetapi tidak selalu sama dengan susunan kronologinya.
b). Irenaeus mengatakan bahwa ‘setelah kematian Petrus dan Paulus, Markus meyediakan bagi kita kotbah-kotbah Petrus dalam bentuk tulisan.
c). Clement dari Alexandria, Origen dan Jerome juga menyatakan bahwa Injil Markus dihasilkan dalam hubungannya dengan Petrus.
d). Judul kitab ‘kata Markom’/According to Mark (menurut Markus) ditemukan dalam MSS kuno.

2). Bukti Internal:
a). Banyak teolog percaya bahwa orang muda yang lari telanjang yang hanya dicatat dalam Injil Markus adalah Markus sendiri (Markus 14:51,52).
b). Kelihatannya penulis hadir sebagai saksi mata dalam beberapa peristiwa (14:12-16). Sangat mungkin rumah yang dipakai adalah rumah mereka.
c). Percakapan Malaikat dengan Petrus yang bersifat pribadi hanya dicatat dalam Injil Markus (16:7).
d). Tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan pengakuaan secara tradisi bahwa Markus anak Maria, kemenakan Barnabas adalah penulis Injil Markus.

b. Waktu Penulisan
1). Dalam lagu bangsanya Paulus memuji pelayannan Markus (II Tim. 4:6-8) sulit dipercaya bahwa Markus dapat berbuat banyak sebedlum jemaat dipuaskan dengan pelayanannya.
2). Markus menyinggung nama seseorang yaitu Rufus yang kemungkinan besar adalah nama yang sama disinggung Paulus dalam Roma 16:3.
3). Pandangn kaum Liberal yang memprioritaskan Injil Markus sebagai Injil pertama harus ditolak, karena asumsi mereka penulis Injil lain memakai sumber Markus untuk menulis Injil mereka. Dan jika demikian Alkitab hanyalah sebuah karya sastra belaka dan bukan Firman Tuhan.
4). O’Callahan menunjukkan bahwa sebagian pragmen dari Dead Sea Scroll mengandung Injil Markus di dalamnya, dan akhirnya hal ini diperdebatkan apakah Dead Sea Scroll ditulis sebelum atau sesudah 50 A.D.

c. Alamat Pengirim dan Tujuan
1). Kelihatannya Markus menunjukkan tulisanya kepada pembaca Romawi karena Ia berusaha menterjemahkan kata-kata Aramic dan ia menjelaskan adat istiadat Yahudi yang tidak perlu dilakukan kepada orang Yahudi. Dalam tulisannya ia lebih sering menggunakan ekspresi latin dari penulis-penulis lain.
2). Kemungkinan besar Rufus adalah orang Roma yang disinggung oleh Markus dan bisa jadi ia berada di Roma dan kemungkinan ia adalah penerima Injil Markus.
3). Diperkirakan Injil Markus ditulis ketika ia sedang bersama Perus (I Pet. 5:13) A.D.

d. Tujuan Injil Markus:
Memberitakan ‘kabar baik’ bahwa penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk semua orang bahkan juga untuk orang non Yahudi. Penekanan utamanya adalah gambaran Kristus sebagai hamba yang datang untuk melayani dan memberikan hidupNya sebagai tebusan bagi banyak orang.

e. Tujuan Teologis:
Oleh karena orang Romawi adalah orang yang bekerja bukan orang yang berpikir, maka Markus menyajikan Kristus sebagai “Pekerja yang hebat daripada pemikir yang dalam, manusia yang menang melalui tindakan.” Gaya Markus, demikian pula isinya mencerminkan isi teologisnya.

f.       Thema Injil Markus: Yesus adalah hamba yang menderita (Markus 10:45)”.

g.      Karakteristisk Injil Markus

1).  Kata ‘euthus’ (segera) dipakai sebanyak 42 kali
2).  Kuasa – penekanan pada mujizat dan kontradiksikan kebangkitan Kristus
      Dengan kemunduran pemerintahan Roma
3). Tertarik pada orang non Yahudi-hanya mengutip secara langsung kitab P.L. sekali saja (11:17), dan sedikit sekali mencatat penggenapan nubuatan P.L. dalam Injilnya.
4). Keterusterangan-Ia menunjukkan sejumlah realitas tentang kegagalan murid-murid dan reaksi masyarakat terhadap Kristus, ini cocok sekali jika mewakili Petrus dan diketahui orang Roma.

h. Pengakhiran Injil Markus (Mark. 16:9-20)
1). Menurut Critical text (Liberal)
a. Orang-orang Liberal menyatakan bahwa Injil Markus mengakhiri “ Kabar Baik” – nya dengan kata “karena mereka takut” (16:8)
b. Yang lain berpendapat bahwa Markus meninggal sebelum menyelesaikan tulisan Injilnya. (band. P. 16, D, 3).
2). Menurut Textus Receptus
a. Markus 16:9-20 tidak ditemukan hanya dalam codex ‘Aleph’ dan ‘B’ yang merupakan salinan Alkitab yang telah dirusakan olehpara bidat gnostik dan tangan-tangan kotor.
b. Dikebanyakan MSS mayority ditemukan Markus, 16:9-20.
c. Ada isi theology yangpenting adalah Mar. 16:9-20.
d. John Burgon mempertahankan keontentikan Markus 16:9-20, dan Markus 16:8 itu adalah akhir dari pembacaan dalam lectionary, bukan akhir dari Injil-nya.
e. Secara logika dari kisah yang dituliskan akan lebih dapat diterima Injil ini berakhir pada ayat 20 dari pada ayat 8.



III. Injil Lukas

a.      Penulis Injil Lukas
1). Bukti Eksternal :
a. Bapa-bapa Gereja seperti Justinus Martyr, Irenaeus, Tertulian dan Origen menyatakan Lukas sebagai Injil Lukas (mereka adalah orang-orang yang hidup pada abad II, yang kemungkinan masih sangat jelas berita Lukas).
b.  Kanon Moratorian’ (+ 180) melaporkan Lukas sebagai penulis Injil Lukas.
c.  Sangat tidak masuk akal Lukas yang kemungkinan besar orang non-Yahudi disebut penulis oleh jemaat mula-mula kalau bukan mereka tahu bahwa Lukas adalah penulisnya.
2). Bukti Internal:
a.  Penulis bukan saksi mata, tetapi ia menggunakan metode ilmiah dalam riset sejarahnya untuk menulis Injil-Nya (1:1-3).
b.  Penulis dapat dipastikan bukan orang Yahudi (kata ‘mereka’ berarti tidak termasuk dia. Li. Kis. 1:19).
c.  Kesatuan Injil Lukas dengan Kis. Adalah sangat penting: terbukti ada banyak kesamaan diantara keduanya, mis. Kesamaan gaya bahasa kata-kata yang dipakai, kelanjutan Injil Lukas (band. Lukas 1:1-3 & Kis. 1:1).
d.  Kata ‘Kami’ dalam penekanan Kis. Berarti didalamnya termasuk Lukas.
e.  Dalam perjalanan Paulus setiap Lukas bersama dia selalu memakai kata ganti orang kedua jamak ‘Kami’ (Kis. 16:6-11), dan memakai kata ganti ketiga jamak ‘Mereka’ kalau ia tidak bersama Paulus (Kis.20:1-6), sehingga kepenulisan Lukas terhadap Injil Lukas dan Kis. Tidak diragukan lagi.

b. Waktu Penulisan
1). Sebelum Kisah Para Rasul
2). Kis. Diakhiri dengan pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama, atau kira-kira tahun 60 A.D., sesuai dengan tanggal surat-surat penjara.
3). Oleh sebab itu Injil Lukas seharusnya ditulis sebelum Kis. Kira-kira pertenga -
      han atau akhir tahun 50-an A.D.

c. Alamat pengirim dan tujuan
1). Beberapa kemungkinan telah ditawarkan ditulis di daerah Yunani, Kaisarea, atu Rom. Tetapi kemungkinan yang lebih dapat diterima di tulis di Yunani, atau setidaknya pengumpulan data dilakukan di Palestina.
2). Kelihatannya Lukas mengirim tulisannya kepada Teofilus yang tertarik pada kekristenan yang juga pejabat Roma.

d. Maksud dan tujuan penulisan
Memberikan pengetahuan rohani atau kemungkinan penginjilan lewat literature tentang kehidupan dan karya keselamatan Yesus Kristus.



e. Thema: “Yesus adalah sang Juruselamat yang datang sebagai Anak
    Manusia”.

f. Karakteristik Injil Lukas
1). Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dan nilai doa dalam hidup kita sebagaimana dalam kehidupan Kristus.
2). Injil Lukas sangat komprehensif atau menyeluruh sehingga menyebabkan Injil Lukas menjadi Injil yang terpanjang (jumlah kata dalam keseluruhan kitab Lukas)
3). Lukas menekankan kehidupan individu dari pada kelompok dan menaruh perhatian yang lebih besar tentang wanita.
4). Karakteristik yang istimewa dari Injil ini adalah mulus dan indah dalam hal sejarah maupun sastra.

g. Tujuan teologis
Lukas memiliki penekanan kosmopolitan, menekankan universalitas Injil dan bahwa Yesus adalah penebus dunia. Hal ini ditekankan melalui kaitan garis keturunan Yesus dengan Adam, nenek moyang manusia seluruhnya. Penekanan ini secara khusus juga dapat dilihat dalam penggunaan perumpamaan Lukas.




























BAB. III
PEMBAHASAN TEOLOGI SINOPTIK

1.      Doktrin Allah

Sama seperti kitab-kitab yang lain dalam Alkitab, bahwa mereka memiliki keyakinan yang besar dan mendasar tentang Allah, yakni bahwa Allah ada, penuh dengan kemuliaan dan manusia harus terus-menerus bergantung padaNya. Injil Sinoptik juga memiliki bagian tentang semua ini. Para penulis PB juga memiliki pandangan yang sama sebagaiman yang terdapat dalam PL. Injil Sinoptik juga secara jelas mencatat tentang atribut Allah.
a. Providensia Allah. (Mat.6:26, 10:29)
b. Kebapakan Allah (Mat.6:32)
c. Anugrah Universal dan personal (Mat. 5:45)
d. Penekanan Kerajaan Allah (Mat. 5: 34; 23:22)
e. Penghakiman Allah bagi semua orang (Mat. 3:7; 7:1; Luk. 3:7)
f. Kemuliaan Allah dinyatakan (Mat. 17:1-8)
g. Kebaikan Allah (19:17)
h. Kuasa Allah (Mrk.12:24-27)
i. Ketritunggalan Allah (Mrk. 1:9-11)

2. Doktrin Kristus
Dari tinjauan mengenai Kristus, Sinoptik secara jelas memberi gambaran tentang pribadi Kristus.
a. Kelahiran dari anak dara.
1) Matius dan Lukas menekankan bahwa kemanusiaan Yesus dikandung oleh Roh Kudus (Mat. 1:18; Luk. 1:13)
2) Matius memberikan penekanan yang cukup jelas tentang Maria yang tidak bersetubuh dengan seorang laki-laki sebelum kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25)
3) Markus menekankan bahwa Yesus adalah “anak Maria” daripada mengatakan anak Yusuf (kebiasaan Yahudi biasanya menggunakan nama ayah)
b. Kemanusiaan Kristus. Ketiga Injil menekankan kemanusiaan Yesus.
1) Matius menekankan garis keturunan manusia-Nya (1:1-17), kelahiran-Nya sebagai manusia (1:25), dan masa kanak-kanak-Nya (2:1-23)
2) Lukas menekankan kelahiran-Nya dan status-Nya yang rendah (2:1-20), Ia menyesuaikan diri tentang tradisi Yahudi (2:21-24), dan pertumbuhan sebagai anak laki-laki muda (2:41-52).
3) Markus menekankan kemanusiaan Yesus lebih dari Matius dan Lukas melalui penekanannya pada karya, kehidupan dan aktivitas Yesus.
4) Ketiganya juga menekankan kemanusiaan-Nya dalam pencobaan.
c. Ketidakberdosaan Kristus. Meskipun Sinoptik menyajikan Yesus sebagai manusia, mereka juga mengindikasikan Ia bukan manusia biasa, Ia lahir dari seoranf anak dara dan tidak berdosa.
1) Karena lahir dari seorang perawan, ia tidak memiliki nature dan kecendrungan pada dosa.
2) Yesus memanggil manusia untuk bertobat tetapi tidak ada catatan bahwa Ia   pernah mengaku dosa atau bertobat.
3) Baptisan-Nya adalah untuk “menggenapi seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15), bukan untuk pengakuan dosa (Mat.3:6).
4) Pencobaan-Nya juga untuk menekankan bahwa meskipun Ia diuji semua seperti dalam area kita, namun Ia tidak berdosa (Mat.4-1-11)
5) Pada waktu Ia menegur Petrus, Ia menyatakan bahwa Ia sama sekali tidak ada hubungan dengan dosa (Mat.16:23)
d. Keilahian Kristus
1) Matius menekankan Yesus sebagai anak Daud (Mat. 9:27), sangat jelas bahwa anak Daud merupakan Mesias yang dijanjikan dan melakukan pekerjaan Allah.
2) Matius secara terus menerus menyajikan Yesus sebagai Mesias demikian pula sebagai yang menggenapi nubuat-nubuat PL yang berkaitan dengan Mesias.
3) Asal mula Anak Manusia bermula dari Daniel 7:13 dimana Ia digambarkan sebagai yang penuh dengan kemenangan, membawa kerajaan kepada bapa. Posisi anak manusia disebelah kanan Bapa menghubungkan pada Mazmur 110:1 dan yang Ia adalah Tuhan.
4) Yesus adalah Anak allah dalam pengertian unik yang absolut.
5) Karya penebusan
6) Kebangkitan Kristus.

3. Doktrin Roh Kudus
Sinoptik juga menggambarkan peranan Roh Kudus yang cukup signifikan terutama dalam hubungannya dengan Kristus.
a. Berkaitan dengan kelahiran Kristus dari anak dara. Matius dan Lukas keduanya menghubungkan konsepsi Yesus di kandungan Maria dengan Roh Kudus yang  datang atasnya (Mat.1:18; Luk. 1:35).
b. Berkaitan dengan baptisan Kristus. Pada saat pembaptisan Yesus, Roh Kudus turun ke atas-Nya dan mencurahkan kuasa untuk pelayanan kepada publik.
c. Berkaitan dengan pencobaan Kristus.
d. Berkaitan dengfan pelayanan Kristus
e. Berkaitan dengan inspirasi kitab suci.
4. Doktrin Gereja
Sinoptik tidak mencatat pengembangan doktrin gereja. Kata gereja (ekklesia) digunakan hanya tiga kali dalam Matius dan tidak sama sekali dalam Lukas dan Markus. Sekalipun demikian hal itu mengindikasikan bahwa cikal bakal gereja sudah muncul sejak awal.
5. Doktrin Akhir Zaman
Injil Sinoptik menyediakan materi yang cukup banyak berkaitan dengan akhir zaman.
a. Kata kerajaan (Yun.:Basileia) menonjol di Injil sinoptik, muncul 56 kali di Matius, 21 kali di Markus, 46 kali di Lukas. Matius juga menggunakan istilah raja lebih banya dari kitab lain yang ada di PB.
b. Injil sinoptik menekankan bahwa Yesus datang untuk mendirikan kerajaan millennial

BAB. IX PENGANTAR TEOLOGI PAULUS

A.    Introduksi Teologi Paulus

1.      Latar Belakang dan Pelatihan
Paulus lahir sekitar 3 AD dari keluarga terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis. 22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat, disunat pada hari kedelapan, dan dari suku Benyamin (Flp.3:5). Paulus kemudian dilatih di Yerusalem di bawah gamaliel, seorang Farisi dan anggota terhormat dari Sanhedrin (Kis.5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari tujuh sarjana dalam sejarah bangsanya yang menerima sebutan “Raban” (tuan kami). Gamaliel adalah cucu Hillel, pendiri sekolah penafsiran yang memakai namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi, pengikut ketat pada hukum tradisi Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan tradisi penatua menyebabkan dia menganiaya gereja.

2. Garis Besar Perjalanan dan Pelayanan
Setelah pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan beberapa bulan di Damaskus (Kis.9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis.9:26). Tidak lama setelah itu, ia pergi ke kampung halamanya di Tarsus (kis.9:30). Ia menghabiskan 3 tahun di Arabia, bisa jadi dalam suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung setelah pertobatannya. Setelah itu ia kembali ke Yerusalem (kis.11:30; 12:25; Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk melakukan perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu mereka mengabarkan Injil di Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak Injil, di Asia Kecil inilah Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas dari pelayanan Paulus adalah sebagai berikut:”diawali dengan pemberitaan kepada orang yahudi dan non-Yahudi pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya atau yang asosiasinya lebih bebas, kemudian setelah ditolak oleh para pendengar di sinagoge, maka dilanjutkan secara pelayanan secara langsung kepada orang non-Yahudi.” Sidang di Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis.15) dan menyelesaikan suatu keputusan untuk isu yang penting, dimana keputusan itu memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus memberitakan Injil pada orang non-yahudi tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-Yahudi tidak dituntut untuk disunat. Keputusan itu penting untuk menjaga kemurnian Injil dan memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi yang kedua (49-52 AD, Kis.15:36-18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil, dimana mereka kembali mengunjungi gereja-gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa (Kis.16:11 dst). Perjalanan misi ketiga (53-57 AD; Kis.18:23-21:16) dilakukan Paulus ke efesus, dimana ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian dilanjutkan ke Makedonia dan Akhaya. Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan kembali dan di penjarakan di Kaisarea (58 AD; Kis.24:1-26:32). Paulus mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu dua tahun di penjara. Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertma di Roma, kemudian dia melayani dari tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan sejauh Spanyol, dan kembali ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8).

KRONOLOGI KEHIDUPAN PAULUS
Tanggal: AD
Peristiwa
3(?)
Kelahiran Paulus
18-30
Pelatihan di Yerusalem
33/34
Pertobatan
34-36
Di Arab
46
Di Yerusalem
46-48
Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil
48-49
Sidang Yerusalem
49-52
Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa
53-57
Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia Kecil dan Eropa
58-60
Pemenjaraan di Kaisarea
60-61
Perjalanan ke Roma
61-63
Pemenjaraan di Roma
63-66
Pelayanan sampai ke Spanyol
66-67
Pemenjaraan di Roma dan ekskusi

SURAT-SURAT PAULUS
Ciri
Nama
Tgl.: AD
Asal
Teologi
Umum
Galatia
1 Tesalonika
2 Tesalonika
1 Korintus
2 Korintus
Roma
48
50
50
55
55
57
Antiokhia/Siria
Korintus
Korintus
Efesus
Makedonia
Korintus
Soteriologi
Dan
Eskatologi
Penjara
Efesus
Filipi
Kolose
Filemon
62
63
62
62
Roma
Roma
Roma
Roma
Kristologi
Pastoral
1 Timotius
Titus
2 Timotius
63
63
67
Makedonia
Korintus
Roma
Ekklesiologi











BAB. X

PEMBAHASAN TEOLOGIA PAULUS

1.      Teologia Paulus tentang Allah

a. Wahyu tentang Allah.
Teologi Paulus merepresentasikan sebuah gambaran yang tinggi berkaitan dengan Allah. Paulus memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan yang menyatakan diriNya sendiri melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21; 1 Kor. 2:10; 2 Kor. 12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telam dinyatakan dalam waktu pada saat sekarang.
b. Allah telah menyatakan diriNya sendiri melalui penghakiman atas orang tidak percaya (Rm. 1:18; 2:5; 2Tes.1:7).
Murka (orge) mengekspresikan, “kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini berasal dari kekudusan dan kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak dapat mengabaikan dosa.”
c. Pernyataan Diri Allah dalam berkatNya.
Allah menyatakan Dirinya sendiri dalam berkat-berkatNya yang mulia kepada orang percaya (Rm. 8:18-19; 1Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2 Kor.5:10).
d. Kedaulatan.
Konsep kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan sejumlah istilah untuk menekankan konsep ini. (1) Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti “menandai dengan batasan sebelumnya”. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB, dan 5 kali muncul dalam tulisan Paulus. (2) Kemahatahuan (Yunani; proginosko) berarti “mengetahui sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar” (Rm.8:29; 11:2). Kemahatahuan “menekankan bukan hanya pengetahuan sebelumnya tetapi suatu relasi aktif antara yang mengetahu sebelumnya dengan yang diketahui sebelumnya” (3) Pilihan (Yunani:ekklegomai) berarti “dipanggil keluar” (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat-berkat Efesus 1:3 disadari oleh orang percaya karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan. (Ef. 1:4). Pilihan Allah menekankan pada Ia memilih orang percaya bagi Dirinya sendiri. (4) Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti “menjadikan anak” (Ef.1:5), kata ini menekankan upacara Romawi agi sdeorang anak yang telah diadopsi kepada status dewasa dengan segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah hasil predestinasi Allah pada orang percaya sejak kekekalan. (5) Dipanggil (Yunani; kletos) menunjuk pada panggilan Allah yang efektif untuk keselamatan (Rom.1:1,7;8:28). Ini merupakan panggilan Allah yang memampukan seseorang untuk percaya. Istilah ini berhubungan dengan pilihan yang tidak bersyarat (Allah memilih kita tanpa berdasarkan jasa kita). (6) Tujuan (Yunani; Protithemi) berarti “menempatkan sebelum” dan mengusulkan tujuan Allah dalam diriNya sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). (7) Kehendak (Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak berdasarkan kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi juga tentang pekerjaan Allah dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah berjalan sesuai kehendak Allah yang berdaulat.
Konklusi penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus dicermati: (1) Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. (2) Tujuan predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. (3) Predestinasi tidak mengesampingkan tanggungjawab manusia.

2. Teologi Paulus tentang Kristus
a. Kemanusiaan.
Paulus bukan hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang keilahian Kristus, ia juga menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus dilahirkan dari seorang peremapuan (Gal. 4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu duniawiNya dan memiliki keturunan fisik dari Daud. (Rm. 1:3; 2Tim.2:8). Kristus juga sama sekali tidak berdosa (2Kor.5:21)
b. Keilahian
Suatu teologia yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Penekanan paulus bahwa Kristus adalah “dari surga” (1Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9) Keilahian (Yunani;theotes) “menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya adalah Allah yang mutlak dan sempurna”. Kristus eksis dalam rupa Allah (Yunani;morphe) mengusulkan warisan karakter atau substansi esensial dari pribadi itu. Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah.
c. Ketuhanan
Yesus disebut Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul paling sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus.
(1) Tuhan menunjuk pada keilahian-Nya (rm. 10:9; 1Kor. 12:3; Flp.2:9).
(2) Tuhan menunjuk pada kuasa (Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus “ yang sekarang setara dengan Allah dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan tunduk kepada-Nya”
(3) Tuhan menunjuk pada kedaulatan (2Kor.4:5; Rm.14:5-9)
(4) Tuhan menunjuk pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1Tim. 6:15; 1Kor.15:25).

3. Teologia Paulus tentang Roh Kudus
Teologi Paulus memberikan pembahasan yang panajng lebar, baik tentang Pribadi maupun karya Roh Kudus.
a. Pribadinya. Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat Paulus.
(1) Intelek. Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1Kor.2:10) dan kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1Kor.2:13).
(2) Kehendak. Roh Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya ia
      mendistribusikan pemberian-pemberian “sesuai dengan kehendak-Nya” (1Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendaknya sendiri.



(3) Emosi. Roh Kudus dapat didukakan (Ef. 4:30)
(4) Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti Kristus (Rm. 8:26-27,34) dan ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan Putra (Rm. 8:9-11).
b. Kuasanya. Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus sebagai salah satu anggota pentang Tritunggal.
(1) Ia meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup baru kepada orang percaya (Tit. 3:5).
(2) Ia membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya dengan Tuhan mereka dengan menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1Kor. 12:13).
(3) Ia mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya.
(4) Ia memeteraikan. Roh Kudus memberi tanda identitas Allah dan kepemilikan atas orang percaya; ia adalah materai itu sendiri dan memverifikasi keselamatan mereka (Ef.1:13; 4:30).
(5) Ia memberikan karunia.
(6) Ia memenuhi. Roh Kudus mengontrol oranmg percaya pada waktu kondisi mereka dipenuhi. (Ef. 5:18)
(7) Ia memberi kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya (Gal.5:16).

4. Teologia Paulus tentang Dosa
Paulus menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan nature dosa.
a. Hamartia adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa (Rm. 4:7; 11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia (1Kor.15:3). Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4), sedangkan dalam bentuk tunggal kata itu menunjuk pada kleadaan berdosa (Rm.3:9,20; 5:20; 6:16,23).
b. Paraptoma menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar (Rm.4:25, Gal.6:1; Ef.2:1).
c. Parabasis berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm. 2:23; 4:15; Gal. 3:19).
d. Anomia berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2Kor..6:14; 2Tes.2:3)
Dosa adalah sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan manusia untuk membayar hutang itu. (Ef.1:7, Kol.1:14). Hal itu merupakan bentuk penyimpangan dari jalan yang lurus. Dosa tanpa hukum dan menjadi pemberontakan (Rm. 11:30; Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun internal.

5. Teologi Paulus tentang Keselamatan
Paulus memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada pengembangan yang penuh. Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah; Allah yang berinisiatif dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata. Karya penebusan Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari ikatan dosa dan menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya.

a. Pengampunan. Pada waktu Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia melakukan-Nya berdasarkan anugrah-Nya (Kol. 2;13). Diampuni (Yunani; charizomai) berarti “menganugrahkan berdasarkan kemurahan, memberikan dengan murah hati, mengampuni berdasarkan anugrah”. Kata itu erat kaitannya dengan kata anugrah. Kata lain dari paulus untuk pengampunan (yunani; aphesis) memiliki suatu arti dasar “membebaskan” atau “menyuruh pergi” tetapi secara teologis berarti “mengampuni” atau “membatalkan suatu obligasi atau hukuman” (Ef. 1:7; Kol.1:14). Anugrah Allah mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan kemuliannya, dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang tidak dapat dibayar oleh manusia.
b. Penebusan. Kata penebusan (Yunani: apulotrosis0 adalah istilah yang secara khusus dipakai oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam PB, tujuh diantaranya ada dalam tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan suatu harga tertentu.
c. Pendamaian. Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam PB. Kata ini (Yunani: hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari kebenaran dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan.
d. Justifikasi. Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan empat puluh kali di PB, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua puluh sembilan kali. Justifikasi mertupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan bahwa orang berdosa yang percaya dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar dari justifikasi adalah “mendeklarasikan benar”. Beberapa hal lain dapat dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus;
(1) justifikasi merupakan pemberian anugrah Allah (Rm.3:24)
(2) hal itu dapat terjadi melaui iman (Rm.5:1; Gal.3:24)
(3) hal itu dimungkinkan melaui darah Kristus (Rm. 5:9)
(4) dan hal itu terpisah dari hukum Taurat (Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11).


5. Teologia Paulus tentang Gereja
a. Defenisi
Kata gereja (Yunani; ekklesia) berari “memanggil keluar dari suatu kelompok.” Kata ini seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang percaya yang Allah panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya. Namun demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis untuk menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan “jemaat”), seperti di KPR 19:32. gereja digunakan dalam dua cara utama di PB,. Gereja universal dan gereja local. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, mak yang dimaksud adalah pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja local, yang dimaksudkan adalah suatu jemaat orang percaya tertentu dalam suatu lokasi dan suatu waktu tertentu.
b. Penjelasan
Paulus menetapkan gereja sebagai suatu organisasi yang terdiri dari “struktur kompleks tubuh Kristus yang menjalankan aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan oleh masing-masing orang percaya, yang memiliki fungsi masing-masing tetapi saling bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai Kepala gereja”
c.  Organisasi
Gereja adalah organisasi yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi, yang melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam PB. Jabatan penatua (Yunani; presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua ditunjuk sebagai pemimpin gereja-gereja local (! Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilak penilik (Yunani; episkopos) menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan oleh penatua (1Tim.3;1). Istilah itu pada dasarnya memiliki arti yang sama, namun demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada fungsi. Dan kedua istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah diaken (Yunani; diakonos), yang artinya”pelayan”, dimana mereka juga terlibat pelayanan rohani, yang berada di bawah otoritas penatua. Kemudian jabatan lain yang disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan guru.
d. Ordinansi
Meskipun topik baptisan merupakan hal utama dalam PB, namun hal itu bukan penekanan yang utama dalam teologi Paulus. Kata kerkja baptizo digunakan sebanyak delapan puluh kali dalam PB, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanayk enam belas kali dan hanya sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara mengenai perjamuan, Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan Tuhan (1Kor. 11:23-34), dimana dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan. Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan sebagai suatau peringatan dan mengutuk orang yang melakukannya secara sembarangan (1Kor.11:25).

6. Teologia Paulus tentang Hal-Hal Terakhir
a. Berkaitan dengan Gereja.
 Sejak Paulus menyediakan pengajaran baru yang signifikan tentang nature gereja, maka adalah tepat jika paulus memberikan pengajaran tentang konsumasi dari gereja, yaitu penjabaran tentang masa depan gereja. Paulus menunjuik pada penerjemahan gereja, dimana sebagian orang percaya yang masih hidup tidak akan mati, tetapi ditransformasikan lebih cepat dari sekejab mata (1Kor. 15:51-57). Paulus juga menjelaskan tentang rapture, kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan Kristus.
b. Berkaitan dengan Israel
Paulus membahas tentang pemilihan Israel di Roma 9-11, menangisi penolakan Israel terhadap Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah menolaknya, oleh karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam tujuan-Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah satunya adalah Paulus.. namun demikian, pada waktu Israel dibutakan, itu adalah sementara. Paulus memperlihatkan masa depan pada waktu kebutaan Israel akan diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm. 11:1,5).
c. Berkaitan dengan dunia
Pada saat Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang bagi gereja dan pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak percaya. Paulus menggunakan istilah murka (Yunani;orge) untuk menjabarkan penghakiman Allah yang akan turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini sebanyak dua puluh satu kali di tulisannya dan lima belas kali dalam bagian lain PB. Paulus sering menggunakan kata ini untuk menjabarkan suatu masa depan “hari kemurkaan.” Ia juga mengidentifikasikan periode tersebut sebagai waktu dari manusia “murtad” dan juga “anak kehancuran”, yang akan muncul dan menninggikan dirinya sendiri sebagai Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia akan dihancurkan pada saat kedatangan Kristus.


































BAB. XIV
PENGANTAR TEOLOGI YOHANES

1. Rasul Yohanes
Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya adalah seorang pelayan di Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup menguntungkan sehingga ia mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah saudara sepupu Yesus (Yoh. 19:25, mat. 27:56, Mrk. 15:40,47). Ibunya adalah salah seorang yang mengikut Yesus dan memberi dukungan kepada Yesus. (Luk. 8:3, Mat. 27:55-56; Mrk. 15:40-41). Yohanes tidak diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yoh.1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai salah satu dari keduabelas rasul (Mat.10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah satu dari dekat Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat.17:1-8), kebangkitan anak perempuan Yairus (Mrk.5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat.26:37-38). Pada Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid “yang dikasihi Yesus” memiliki posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada pemeliharaan Yohanes di kayu salib (Yoh. 19:26-27). Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling sedikit dua kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh.20:19-20) dan di Galilea (Yoh.21:2), dan paling sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why.1:12-18), hakim orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab KPR ia muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu sokoguru gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal sampai usia lanjut, hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD).

2. Teologi Yohanes
Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari teologi Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di Injil Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes karena Yohanes mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan yang penting dari Yohanes.
Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melaui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang itu.





Introduksi Teologi Yohanes

1.      Penulis Injil Yohanes

a. Penulis
1)   Bukti Eksternal: Irenaeus, Tertullianus, Origen menunjuk rasul Yohanes  sebagai penulis.
2)  Bukti Internal:
Tradisi mendukung rasul Yohanmes sebagai penulis, karena penulis adalah seorang Yahudi, saksi mata Tuhan Yesus, dan ia menyebut dirinya sendiri murid “yang dikasihi Yesus”.
b. Penulisan:
1) Sangat mungkin bahwa peristiwa tahun 70 A.D. sudah lewat bahkan agak lama, oleh sebab itu tidak disinggung lagi dalam sejarah Yahudi dalam tulisannya.
2) Manuscript P-52, sebuah pragmen yang berisi Injil Yohanes diberi penanggalan 125 A.D.;tetapi ini buku autographa tetapi apografa.
3) Kemungkinan Injil ini ditulis pada akhir abad 1 dan tentunya sebelum pembuangan ke pulau Patmos, berarti antar tahun 90-95 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Ia menulis kepada orang-orang Kristen secara umum di Asia kecil dari Efesus
d. Tujuan Injil Yohanes:
Untuk menginjili memulai menunjukan bahwa Kristus adalah Anak Allah, dan bahwa melalui iamn didalam Dia kita memperoleh hidup kekal (20:31;3:36).
e. Thema Injil Yohanes
“Krisus adalah Anak Allah dan Firman Allah yang Menjadi Manusia”.
f. Karakteristik Injil Yohanes:
1) Yohanes banyak mencatat tanda-tanda mujizat (2:11)
2) Ia mencatat banyak pasangan kata P.L. ‘AKU ADALAH AKU’ (eyeh asyer eyeh) dalam bentuk Yunani ‘ego eimi’; Terang dunia; pintu; gembala yang baik; kebangkitan dan hidup; jalan dan kebenaran dan hidup;pokok anggur yang benar.
Banyak berisikan detail-detail thological khususnya tentang pribadi dan karia inkarnasi allah dalam Kreistus.

2. Penulis I Yohanes
a. Penulis
1). Bukti Eksternal:
Policarpus, Papias, Origen menyatakan Yohanes adalah penulisnya.
2). Bukti Internal:
Ada banyak istilah theology maupun kata-kata yang sama dengan Injil Yohanes (1:1 band. Yoh. 1). Penulis saksi mata Kristus (1:1)


b. Waktu Penulisan :
Surat ini dan ulisan-tulisan Yohanes yang lain berkisar antara tahun 85-98 A.D.; yaitu pada akhir pelayanannya menjadi gembala di Efesus
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Dikirim dari Efesus dan ditujukan kepada jemaat Asia kecil.
d. Tujuan Penulis:
Menasehati orang percaya agar hidup atau berjalan sesuai dengan Injil Keselamatan dan menentang ajaran sesat yaiu, ‘gnostik’.
e. Thema I Yohanes: “Nyata di dalam Kristus”.
f. Karakteristik I Yohanes:
Memberikan gambaran ajaran sesat abad 1.
Johannine Comma (5:7-8) adalah otentik karena argumentasi grammatical & theological-nya sesuai dengan Injil Yohanes.

3. Penulis II Yohanes
a. Penulis
1) Bukti Eksternal:
Yohanes diakui sebagai penulis oleh Irenaeus, Origen, dan Cyprianus.
2) Bukti Internal:
“Seorang penatua” (1:1), bukan rasul lain, berarti Yohanes.
b. Waktu Penulisan :
Diperkirakan antara tahun 85-98 A.D.
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju
Dari Efesus kepada ‘Ibu Terpilih’ – kemungkinan jemaat lokal.
d. Tujuan II Yohanes:
Memberikan petunjuk theologis untuk menilai ajaran sesat yang mulai berkembang.
e. Thema II Yohanes:
“Berjalan dalam kebenaran.”
f. Karakteristik II Yohanes:
i. Menekankan kasih persaudaraan
ii.  Kepercayaan dalam inkarnasi Kristus adalah dasar untuk Kekristenan
     fundamental.

4. Penulis III Yohanes:
a. Penulis
i. Bukti Eksternal:Irenaeus, Dionysius, Cypryanus menunjukan kepada Yohanes.
ii. Bukti Internal:Sama dengan I & II Yohanes
b. Waktu Penulisan:
Kurang lebih sama dengan 1&2 Yohanes
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Ditulis dari Efesus dan ditujukan kepada Gayus
d. Tujuan III Yohanes:
Menghadapi Diotrefes (1:9) yang mau menguasai jemaat.
e. Karakteristik III Yohanes:
Pembuat kejahatan dalam jemaat-jemaat lokal ‘tidak pernah melihat Allah’ (1:1).
Aku telah menulis’ (1:9) bisa jadi surat II Yohanes atau surat lain yang hilang.
5. Penulis Kitab Wahyu:
a. Penulisan
i. Bukti Eksternal:Old Latin Version, kanon Muratorian, Tertullianus, Origen mengakui Yohanes sebagai penulis.
ii. Bukti Internal:Penulis adalah Yohanes (1:1,4,9;21:2;22:8).
b. Waktu penulisan:
Kitab terakhir dalam kanon Alkitab, ditulis kira-kira tahun 95-98 (Why.22:18,19).
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:
Yohanes menulis dari pulau Patmos kepada tujuh jemaat di Asia Kecil.
d. Tujuan Penulisan:
Menunjukkan hal-hal yang akan terjadi berhubungan dengan Israel, jemaat dan dunia.
e. Thema Wahyu:
“Penyingkapan Masa Lalu, Sekarang dan Yang Akan Datang” (1:19).
f. Karakteristik Wahyu:
i. Terlihat sekali hal yang dilihat Yohanes itu sulit dilukiskan dengan bahasa manusia.
ii. Sering memakai bilangan tujuh.
iii. Outline kitab ini ada pada 1:19, yaitu yang terjadi sekarang (meta tauta) dengan 4:1 ‘sesudah sekarang’ (meta tauta).
iv. Pendekatan-pendekatan yang berbeda terhadap interpretasi adalah pandangan preterist, idealist, historicist, dan futurist






Lembaran Tugas Mata Kuliah Teologia Perjanjian Baru

TUGAS MATA KULIAH:
  1. Diskusi & Pertanyaan: Kerjakan “Diskusi & Pertanyaan” untuk modul di bawah ini.
  2. Resensi: Buatlah Ringkasan dan Resensi Buku atas buku lain yang berhubungan dengan Teologia Perjanjian Baru. (Diketik minimum 4 halaman kwarto)
  3. Paper: Buatlah karya kecil yang berjudul: Perbandingan Doktrin Keselamatan Paulus dengan Doktrin Keselamatan Yakobus (Diketik 15 halaman ukuran kwarto)
Jawablah Diskusi & Pertanyaan dibawah ini
1. Apa yang menjadi definisi dari Teologia Biblika. Jelaskan!
2. Bagaimana relasi Teologia Biblika dengan disiplin ilmu lain dalam bidang Teologia. Jelaskan!
3. Tuliskanlah apa yang menjadi persamaan dan perbedaan antara Teologia Biblika dengan Teologia Sistematika.
4. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan suatu metodologi Teologia Perjanjian Baru. Sebutkan dan jelaskan!
5. Apa yang menjadi persoalan utama dalam Sinoptik Problem. Jelaskan!
6. Ada beberapa teori dan kritik awal terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan!
7. Ada beberapa teori dan kritik modern terhadap Sinoptik. Sebutkan dan jelaskan.!
8. Injil Sinoptik secara jelas mencatat beberapa atribut Allah. Sebutkan!
9. Apa yang menjadi tujuan teologis dari Injil Matius. Sebutkan!
10. Apa yang menjadi tujuan teologis Injil Markus. Sebutkan!
11. Apa yang menjadi tujuan Teologis dari Injil Lukas. Sebutkan!
12. Ada tiga fakta Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus benar-benar lahir dari Anak Dara. Sebutkan !
13. Berikanlah empat alasan yang mendukung Kemanusiaan Yesus Kristus menurut Teologia Injil Sinoptik.!
14. Apa yang anda ketahui tentang doktrin Roh Kudus menurut Injil Sinoptik. Jelaskan!
15. Apa yang anda ketahui tentang doktrin Akhir Zaman Injil Sinoptik. Jelaskan!
16. Apa yang anda ketahui tentang doktrin tentang Allah kita Kisah Para Rasul. Jelaskan!
17. Ada beberapa tema yang berkaitan dengan kebangkitan Kristus yang ditekankan dalam Kisah Para Rasul. Sebutkan!
18. Ada empat hal yang ditekankan oleh penulis Kisah Para Rasul tentang doktrin Kesalamatan. Sebutkan!
19. Bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh Paulus dan Yakobus terhadap Hukum Taurat.
20. Bagaimana pandangan Teologia Yakobus tentang doktrin manusia dan dosa. Jelaskan!
21. Sebutkan beberapa dasar utama bagi kesatuan teologi PB.
22. Jelaskan makna Teologis dari ketidakberdosaan Yesus dalam teologi Yohanes.
23. Jelaskan makna dari definisi PB secara Teologis.
24. Bagaimana hubungan antara latar belakang PB dan Teologi PB.
25. Bagaimana konsep “Allah” dalam teologi PB dibandingkan dengan teologi PL.
26. Bagaimana konsep “manusia” dalam hubungannya dengan Allah, didalam Teologi PB dibandingkan dengan Teologi PL.
27. Bagaimana pandangan teologia Paulus tentang hal-hal terakhir yang berhubungan dengan Gereja, Israel dan dunia. Jelaskan!
28. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai Teologia Yudas tentang Keselamatan.
29. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui tentang pendamaian menurut Teologia Yohanes.
30. Jelaskan mengapa ada keunikan yang besar anatara Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.
31. Bagaimanakah konsep “hukum” dalam Teologi PB, dibandingkan dengan Teologi PL.
32. Jelaskan masalah Inspirasi Alkitab dalam Teologi Paulus, terutama dalam kitab Timotius.
33. Kelaskanlah apa saja yang anda ketahui mengenai Teologia Petrus tentang Kristologi.
34. Bagaimana pandangan penulis Ibrani tentang pribadi Allah. Jelaskan!
35. Bagaimana pandangan Yohanes tentang hal-hal yang terakhir. Jelaskan!
Selamat bekerja


[1] S.O. Aitonam, “Pengantar Keragaman Metoda TafsirForum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 8.
[2] Martin Harun, “Penelitian SumberForum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 12.
[3] Paul Ens, The Moody Handbook of Theology (Malang: Literatur SAAT, 2003),hal.94.
[4] R. Rajagukguk, “Apa Itu Penelitian Bentuk” Forum Biblika; Jurnal Ilmiah Populer, diedit oleh M.K. Sembiring (Jakarta: LAI,1998),hal. 33
[5]Josh McDowel, Apologetika: Volume 2 (Malang: Penerbit Gandum Mas,2003), hal 422.
[6] Josh McDowel, Apologetika: Volume 2 (Malang: Penerbit Gandum Mas,2003), hal.653-654.

1 komentar: